Budaya masyarakat suku Banjar yang tinggal di Tembilahan dan sekitarnya, Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau, belakangan ini masih saja marak dan terbukti masih banyak diperjualbelikan baik di pasar-pasar tradisional, gerai, dan di depan-depan  rumah penduduk.

Wartawan Antara Kalsel yang melakukan perjalanan awal tahun ini di bumi Seri gemilang tersebut, menjumpai banyak ibu-ibu tua keturunan asal Banua (Kalsel) berjualan wadai atau kue-kuek khas Banjar, seperti di Pasar Kayu Jati, Pasar Pagi, atau pasar dekat Masjid Suhada.

Para acil atau ibu-ibu jualan kue ini mengaku jualan secara turun temurun kue khas Banjar seperti kue lempar yang disebut oleh penduduk setempat sebagai kue pulut panggang, wadai papare, wadai kikicak, pais pisang, untuk2, bingka, cucur, dan lainnya.

Kue khas Banjar tersebut dijual seharga Rp1000,- per buah, dan ternyata paling banyak diminati oleh para pembeli, pembelinya bukan saja dari orang banjar, tetapi juga oleh suku lain, seperti suku Melayu, suku Bugis, atau suku Minang, bahkan orang-orang Cina pun suka membeli kue Banjar ini.

Ketika ditanya para penjual kue Banjar tersebut umumnya tak pernah tahu dimana banua Banjar yang sesungguhnya, karena mereka sejak lahir sampai menjadi nenek nenek, sudah di Tembilahan, dan mereka mengaku ada yang berasal dari keturunan Amuntai, Kelua, Barabai, Martapura, dan Rantau, tetapi mereka tak tahu keturunan keberapa berada di daerah perantauan tersebut.

Menurut mereka jualan kue-kue Banjar tersebut hampir setiap hari dilakukan, bahkan pada saat bulan puasa penjualan kian rame, apalagi menjelang lebaran, kue Banjar banyak diserbu warga Banjar yang sebagian besar penduduk kawasan Indragiri Hilir tersebut, karena dari 20 kecamatan yang ada di kawasan tersebut semuanya terdapat suku Banjar.

Pewarta: Hasan Zainuddin

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020