Jony Pink, salah satu pengrajin cobek dari limbah kayu ulin Desa Kandangan Lama RT 4, Kecamatan Panyipatan, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan sangat mengharapkan bantuan pemerintah kabupaten setempat untuk memasarkan hasil kerajinan dan peralatan kerajinan.
"Kami sangat berharap pemerintah daerah membantu pemasaran dan peralatan untuk membantu kelancaran pembuatan kerajinan tangan cobek dari kayu ulin,"ujar Joni Pink, ketika ditemui di rumahnya, Rabu (25/12).
Menurut dia, kerajinan pembuatan cobek dari limbah kayu ulin yang ditekuni bersama orangtuanya itu sudah berlangsung tiga tahun yang lalu.
"Pembuatan cobek dari kayu ulin tersebut berasal dari limbah yang sudah tidak terpakai lagi. Daripada dibuang atau dijadikan arang lebih baik kita jadikan barang yang lebih bernilai jual,"terangnya.
Dijelaskannya, pembuatan cobek tersebut dibutuhkan waktu dua sampai tiga jam dan dalam satu harinya bisa mencapai puluhan cobek yang dihasilkan.
"Saat ini kami membuat cobek sesuai pesanan saja, mengingat pemasarannya masih belum ada. Makanya kami berharap sekali ada tempat yang mau menampung hasil kerajinan ini,"ungkapnya.
Lebih lanjut dia mengemukakan, harga satu cobek ulin dijual tergantung dari besar kecilnya cobek yakni, antara Rp90 ribu hingga Rp130 ribu.
"Keunggulan cobek dari bahan kayu ulin dibandingkan bahan kayu lainnya, cobek ulin tidak bisa ditumbuhi jamur,"terangnya.
Dia berharap, kerajinan cobek dari limbah kayu ulin bisa mendapatkan perhatian pemerintah daerah, baik itu pemasaran maupun bantuan mesin dan alat untuk mempercepat proses pembuatannya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019
"Kami sangat berharap pemerintah daerah membantu pemasaran dan peralatan untuk membantu kelancaran pembuatan kerajinan tangan cobek dari kayu ulin,"ujar Joni Pink, ketika ditemui di rumahnya, Rabu (25/12).
Menurut dia, kerajinan pembuatan cobek dari limbah kayu ulin yang ditekuni bersama orangtuanya itu sudah berlangsung tiga tahun yang lalu.
"Pembuatan cobek dari kayu ulin tersebut berasal dari limbah yang sudah tidak terpakai lagi. Daripada dibuang atau dijadikan arang lebih baik kita jadikan barang yang lebih bernilai jual,"terangnya.
Dijelaskannya, pembuatan cobek tersebut dibutuhkan waktu dua sampai tiga jam dan dalam satu harinya bisa mencapai puluhan cobek yang dihasilkan.
"Saat ini kami membuat cobek sesuai pesanan saja, mengingat pemasarannya masih belum ada. Makanya kami berharap sekali ada tempat yang mau menampung hasil kerajinan ini,"ungkapnya.
Lebih lanjut dia mengemukakan, harga satu cobek ulin dijual tergantung dari besar kecilnya cobek yakni, antara Rp90 ribu hingga Rp130 ribu.
"Keunggulan cobek dari bahan kayu ulin dibandingkan bahan kayu lainnya, cobek ulin tidak bisa ditumbuhi jamur,"terangnya.
Dia berharap, kerajinan cobek dari limbah kayu ulin bisa mendapatkan perhatian pemerintah daerah, baik itu pemasaran maupun bantuan mesin dan alat untuk mempercepat proses pembuatannya.
Pengrajin Cobek Ulin
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019