Badan Narkotika Nasional Provinsi Kalimantan Selatan (BNNP Kalsel) mengeluhkan jika program rehabilitasi belum optimal menjaring pecandu sesuai harapan karena beragam faktor.

"Masih banyak kendala dan tantangan yang kita hadapi untuk bisa mengoptimalkan para pecandu mengikuti program rehabilitasi," kata Kepala BNNP Kalsel Brigjen Pol Mohamad Aris Purnomo di Banjarmasin, Sabtu.

Diungkapkan Aris, belum adanya keterpaduan program lintas sektoral dalam pelaksanaan rehabilitasi jadi salah satu yang harus terus dibenahi.

Di antaranya, ada penyalahguna narkoba masih kerap dipidana penjara daripada direhabilitasi. Kemudian dukungan biaya rawat inap oleh kementerian terkait hanya tiga bulan.

Sedangkan untuk di Kalsel sendiri, kata Aris, hanya punya satu tempat rawat inap yaitu Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum.

Selain beragam faktor kesiapan dari instansi terkait tersebut, Aris juga melihat kurangnya kesadaran dari penyalahguna atau pihak keluarga untuk mengikuti program rehabilitasi yang digelar BNN.

Baca juga: BNNP komitmen miskinkan bandar narkoba dengan TPPU

"Ini tantangan bagi kami untuk terus mencari pecandu diajak menjalani rehabilitasi. Target kami tahun ini 200 orang pecandu bisa dijaring ikut program penyembuhan. Kami imbau agar pecandu bisa sukarela datang untuk minta disembuhkan, semua gratis dijamin oleh negara. Daripada nanti ditangkap jika kedapatan mengonsumsi narkoba, urusannya jadi repot kalau sudah ke ranah hukum," tandasnya.

BNNP Kalsel memperkirakan angka prevalensi 1,89. Artinya jika jumlah penduduk Kalsel usia dewasa sekitar 3.250.000 jiwa, maka penyalahguna kurang lebih sudah hampir 60.000 orang.

Baca juga: BNNP ingatkan sopir angkutan umum bebas narkoba

Pewarta: Firman

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019