Mempersiapkan pertanian keberlanjutan melalui wahana taman pendidikan (edu park) merupakan salah satu upaya yang kini sedang dikembangkan oleh Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) untuk mempertahankan pertanian berkelanjutan.

Pada lahan seluas 18,8 hektare lebih, Pemerintah Provinsi DIY mempersiapkan wahana pendidikan dan pengembangan pertanian untuk menarik generasi muda kembali mencintai sektor produksi tanaman pangan.
Baca juga: SMK PP Negeri Paringin Luncurkan Produk Beras Banarai

Kepala Tata Usaha BP3MP Pemerintah DIY Yanti Harjanti saat menerima kunjungan rombongan dari Bank Indonesia dan wartawan Kalimantan Selatan pada Sabtu (2/11) 2019 di Kecamatan Wates, Kabupaten Kulonprogo, mengatakan melalui taman edukasi pertanian ini pihaknya ingin mengembalikan sektor tanaman pangan menjadi masa depan ekonomi daerah.

Dari luas lahan 18,8 hektare tersebut, 7,7 hektare dimanfaatkan sebagai taman edukasi, yang kini pembangunannya telah mencapai 6 hektare lebih dari dana APBD 2018 sebesar Rp45 miliar.

"Saat ini pembangunan fisik, yang antara lain pembangunan spot-spot tanaman buah-buahan, sayur mayur, peternakan, perikanan, bangunan inkubator pertanian agribisnis, dan sarana prasarana lainnya dihentikan sementara," katanya.
Baca juga: Pemkot Banjarmasin Lelang Lima Posisi Kadis

Sedangkan sisanya, 1,6 hektare akan dilanjutkan pada tahap berikutnya sambil berupaya menggandeng pihak swasta. Sementara untuk yang 11 hektare lebih, merupakan lahan pertanian, yang nantinya akan ditanami pertanian tanaman pangan dalam jumlah besar.

Menurut dia, pembangunan fisik sementara dihentikan karena pemerintah daerah ingin fokus pada biaya operasional. Sejak April 2019 sudah dibuka dengan anggaran operasional, seperti untuk pakan ternak, gaji pengurus, dan lainnya sebesar Rp2 miliar.

Melalui taman pendidikan pertanian, Pemerintah Provinsi DIY juga berharap akan mengetuk kesadaran seluruh pihak terkait untuk menekan laju alih fungsi lahan dari pertanian ke sektor lainnya.

"Hasilnya, belum dibuka saja, cukup banyak anak-anak, mulai dari TK hingga SLTA yang berkunjung ke taman pendidikan ini. Anak-anak SLTA selalu terlihat bersemangat, saat berfoto di hamparan tanaman tomat yang sedang berbuah," kata Janti.

Semangat tersebut, diharapkan akan terus tertanam di hati generasi muda, sehingga mereka kembali mencintai pertanian. "Kita tahu, saat ini banyak anak muda, yang asyik dengan dunianya sendiri melalui gadget," katanya.

Saat ini, lanjut dia, sektor pertanian bukan lagi menjadi sektor yang menarik dan membanggakan bagi generasi muda. Sangat minim, generasi muda yang tertarik dengan sektor produksi tanaman pangan. Padahal sektor tersebut merupakan kebutuhan dasar yang harus terpelihara secara berkelanjutan sampai kapanpun.

Bukan hanya generasi muda, taman edukasi itu, menurut dia,  juga menjadi tempat pelatihan para petani di DIY maupun daerah lain, untuk belajar mengembangkan tekonologi pertanian dan lainnya, sehingga peningkatan produksi bisa cepat tercapai.


Rumah Pangan

Saat ini Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan dan Bank Indonesia Wilayah Kalimantan Selatan (Kalsel) sedang gencar meningkatkan produksi pangan minimal untuk memenuhi kebutuhan pangan sendiri.

Sebagaimana di ketahui, selama ini kebutuhan pangan Kalsel hampir 77 persen masih sangat tergantung dengan daerah lain.

Kondisi tersebut membuat Kalsel menjadi daerah yang rentan terhadap kenaikan inflasi karena distribusi pangan menjadi sangat tergantung dengan cuaca dan kondisi alam.

Mengatasi hal tersebut, kini Bank Indonesia melalui program klaster berupaya mendorong tumbuhnya sektor pertanian, pangan, dan industri kecil.

Deputi Direktur Bank Indonesia (BI) Perwakilan Kalsel Dadi Esa Cipta pada kunjungan bersama media di Yogyakarta mengatakan saatnya Kalsel lepas dari ketergantungan industri ekstraktif, macam tambang batu bara dan sawit.

Kalsel, menurut dia, memiliki potensi terbarukan yang cukup melimpah, baik itu pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan bahkan pariwisata yang belum tergarap maksimal.

Potensi-potensi tersebut yang kini harus terus didorong pertumbuhannya, sehingga ke depan Kalsel bisa lepas dari ketergantungan industri batu bara.

Khusus untuk mengembangkan industri pertanian, Bank Indonesia telah membangun klaster-klaster pertanian hampir di seluruh daerah di Kalsel, sesuai dengan potensi masing-masing daerah.

Bank Indonesia juga sedang mengembangkan Kawasan Rumah Pangan Lestari (RPL) Bumi Tangi Landasan Ulin, Banjarbaru.

Melalui Rumah Pangan Lestari tersebut, BI berharap akan banyak masyarakat dan generasi muda yang tertarik untuk belajar tentang upaya pengembangan pertanian, baik itu buah-buahan, sayur mayur, perikanan, peternakan dan lainnya.

"Kami juga menyiapkan pelatihan secara gratis bagi masyarakat yang ingin belajar tentang berbagai hal tentang upaya pengembangan pertanian," katanya.

Walaupun luas lahan Rumah Pangan Lestari tersebut, tidak seluas lahan taman pendidikan pertanian di Yogyakarta, namun ia mengharapkan Rumah Pangan Lestari mendapatkan dukungan dari seluruh pihak, sehingga bisa berkembang lebih baik.

Bagi Bank Indonesia pengembangan Rumah Pangan Lestari tersebut sangat penting sebagai salah satu upaya pengembangan pertanian dan tanaman pangan berkelanjutan untuk masyarakat Kalsel.

Dadi berkeyakinan pengembangan sektor pertanian dan tanaman pangan akan menjadi salah satu masa depan Kalsel, selain sektor pariwisata, bila seluruh pihak, baik masyarakat, pemerintah dan swasta bahu membahu untuk mengembangkannya.

Terbukti dari program klaster yang telah dikembangkan seperti bawang merah, padi, cabai dan lainnya, telah mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kalsel. Seperti bawang merah di Tapin yang kini mampu berkembang cukup baik dan telah meningkatkan kesejahteraan petani, walaupun masih harus terus didukung upaya pengembangannya.

"Melalui kunjungan ini, saya berharap, akan membangun kesadaran semua pihak untuk bersama-sama menyadari tentang pentingnya tanaman pangan," katanya.











 

Pewarta: Ulul Maskuriah

Editor : Hasan Zainuddin


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019