Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan (DP3) Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, membentuk Jaringan Mitra Perikanan (JMP) untuk mendongkrak pemasaran produk perikanan setempat.
"Dengan JMP ini para pembudi daya ikan tidak kesulitan untuk menjual hasil panen atau budidaya ikan air tawar," kata Kepala DP3 Kabupaten Sleman Heru Saptono di Sleman, Minggu.
Menurut dia, JMP ini adalah perkumpulan dari beberapa pemangku kepentingan, ada pembudi daya ikan, kelompok perbenihan, ada kelompok lele ikan, gurami.
"Mereka terintegrasi di situ, untuk kemudian mereka bersama-sama memasarkan ikan agar nilai jual lebih tinggi," katanya.
Baca juga: Pemerintah diminta atasi potensi kerja paksa perikanan
Ia mengatakan benih di Sleman memiliki kualitas yang baik sehingga juga laku dijual ke luar Sleman.
"Ini dikarenakan air di Sleman masih jernih dan belum banyak tercemar," katanya.
Heru mengatakan, untuk menyiasati musim kemarau ini, para petani ikan tetap dapat menjaga sirkulasi air dan oksigen melalui metode Sistem Budi daya Ikan Nila dengan Sentuhan Teknologi Kincir Air (Sibudidikucir).
"Kemarau memang menjadi kendala, karena dalam budi daya ikan atau padi itu syaratnya air, tapi kita juga bisa menggunakan teknologi sibudidikucir," katanya.
Cara ini bisa bisa mengurangi konsumsi air. Air yang ada cukup diputar dengan kincir, sehingga oksigen di air cukup, dan ikan masih tetap hidup.
Baca juga: Ekspor perikanan Jateng Rp2,1 triliun
Ia mengatakan konsumsi ikan di Sleman lebih tinggi dari DIY. sosialisai terus dilakukan karena dibandingkan nasional di Sleman masih tergolong rendah.
"Di Sleman stunting masih ada, walaupun kecil, kami gerakkan konsumsi makan ikan agar stunting menurun karena ibu hamil, wanita dan masyarakat jika mengonsumsi ikan maka kebutuhan omega 3 omega 9 tercukupi dan itulah yang bisa menurunkan angka stunting," katanya.
Baca juga: Menteri KKP periode berikutnya dorong kinerja ekspor
Baca juga: Pemkab HST latih para pembudidaya ikan
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019
"Dengan JMP ini para pembudi daya ikan tidak kesulitan untuk menjual hasil panen atau budidaya ikan air tawar," kata Kepala DP3 Kabupaten Sleman Heru Saptono di Sleman, Minggu.
Menurut dia, JMP ini adalah perkumpulan dari beberapa pemangku kepentingan, ada pembudi daya ikan, kelompok perbenihan, ada kelompok lele ikan, gurami.
"Mereka terintegrasi di situ, untuk kemudian mereka bersama-sama memasarkan ikan agar nilai jual lebih tinggi," katanya.
Baca juga: Pemerintah diminta atasi potensi kerja paksa perikanan
Ia mengatakan benih di Sleman memiliki kualitas yang baik sehingga juga laku dijual ke luar Sleman.
"Ini dikarenakan air di Sleman masih jernih dan belum banyak tercemar," katanya.
Heru mengatakan, untuk menyiasati musim kemarau ini, para petani ikan tetap dapat menjaga sirkulasi air dan oksigen melalui metode Sistem Budi daya Ikan Nila dengan Sentuhan Teknologi Kincir Air (Sibudidikucir).
"Kemarau memang menjadi kendala, karena dalam budi daya ikan atau padi itu syaratnya air, tapi kita juga bisa menggunakan teknologi sibudidikucir," katanya.
Cara ini bisa bisa mengurangi konsumsi air. Air yang ada cukup diputar dengan kincir, sehingga oksigen di air cukup, dan ikan masih tetap hidup.
Baca juga: Ekspor perikanan Jateng Rp2,1 triliun
Ia mengatakan konsumsi ikan di Sleman lebih tinggi dari DIY. sosialisai terus dilakukan karena dibandingkan nasional di Sleman masih tergolong rendah.
"Di Sleman stunting masih ada, walaupun kecil, kami gerakkan konsumsi makan ikan agar stunting menurun karena ibu hamil, wanita dan masyarakat jika mengonsumsi ikan maka kebutuhan omega 3 omega 9 tercukupi dan itulah yang bisa menurunkan angka stunting," katanya.
Baca juga: Menteri KKP periode berikutnya dorong kinerja ekspor
Baca juga: Pemkab HST latih para pembudidaya ikan
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019