Muhammad Rizali, mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Antasari Banjarmasin berhasil meraih "Best Paper Terbaik I" di ajang Borneo Undergraduate Academic Forum (BUAF) yang berlangsung di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Samarinda, Kalimantan Timur.

"Alhamdulilah saya mendapatkan penghargaan sebagai Best Paper Terbaik Satu yang bertemakan Politic, Democrasy, and Trans-national Religious Movement atau Politik, Demokrasi, dan Gerakan Keagamaan Transnasional," ungkap Rizali.

BUAF merupakan agenda presentasi penelitian jurnal yang dilakukan mahasiswa Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN).

Pergelaran BUAF tahun ini mengangkat tema tentang "Contemporary Islamic Studies and the Challange of Globalization in the Millenial Era" atau Studi Islam Kontemporer dan Tantangan Globalisasi di Era Milenial yang diikuti oleh 110 mahasiswa dari 15 kampus PTKIN Se-Indonesia.

Masing-masing mahasiawa terlebih dulu mengikuti seleksi artikel dengan mahasiswa lainnya, hingga terpilihlah 110 mahasiswa terbaik yang berkesempatan untuk mempresentasikan hasil penelitiannya dalam Forum BUAF.

Setelah presentasi, penyelenggara mengumumkan hasil jurnal terbaik dari berbagai sub tema yang disajikan oleh panitia. 
Rizali yang saat ini juga masih aktif menjabat sebagai Ketua Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) UIN Antasari, meneliti tentang paradigma mahasiswa UIN Antasari Banjarmasin tentang konsep khilafah dan hegemoni Nation-State.

Dia tertarik meneliti tentang tema tersebut karena berangkat dari data yang ia peroleh dari salah satu pimpinan kampus yang menyatakan bahwa UIN Antasari salah satu kampus yang terpapar paham radikalisme dalam beragama.

"Pimpinan kampus mengatakan, UIN Antasari salah satu tertinggi terpapar paham radikalisme di antara kampus PTKIN lainnya di Indonesia" Jelas Rizali.

Atas informasi yang didapatnya itu, Rizali mengaku tidak langsung menerimanya. Dia pun berinisiatif mengadakan mini riset mengenai permasalahan itu, yang mana mahasiswa UIN Antasari menjadi subjek dalam penelitian. Kemudian hasil penelitian tersebut dia kirimkan untuk agenda BUAF di IAIN Samarinda.

"Artikel penelitian yang saya lakukan inilah mendapatkan predikat sebagai Best Paper I ketika diumumkan panitia seleksi di Auditorium 22 Dzulhijjah IAIN Samarinda," tuturnya.

Walaupun saat ini disibukkan sebagai Ketua DEMA UIN Antasati Banjarmasin, namun Rizali berpesan bahwa menjadi mahasiswa organisatoris tidak hanya bergelut tentang organisasi, tetapi juga harus seimbang dan mampu berpikir kreartif, kritis serta ilmiah.

"Sering membaca dan menulis adalah modal utama, karena perkembangan zaman menuntut mahasiswa tidak hanya memiliki satu softskill tetapi bisa multitasking dan di tempatkan di sektor manapun," pungkasnya.

Pewarta: Firman

Editor : Hasan Zainuddin


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019