Kota Bima, Nusa Tenggara Barat berhasil memecahkan rekor Museum Rekor-Dunia Indonesia (MURI) dengan jumlah peserta terbanyak dalam menggunakan busana adat Rimpu dengan jumlah peserta mencapai 20.165 orang.
Dalam keterangan tertulis yang diterima wartawan di Mataram, Senin menyebutkan pemecahan rekor MURI mengenakan pakaian adat Rimpu ini, merupakan kolaborasi antara Kodim Bima dan Pemerintah Kota Bima untuk menggelar festival yang mengangkat budaya dan kearifan lokal masyarakat Mbojo (suku Bima).
Pawai pakaian adat Rimpu, diikuti sekitar 20.165 orang peserta dari berbagai kalangan masyarakat dengan titik start di lapangan Serasuba Kota Bima melewati jalan Sultan Salahuddin dan finish di pantai Lawata Kota Bima.
Festival pawai rimpu ini dilepas Walikota Bima H. Muhammad Lutfi, didampingi Komandan Kodim 1608/Bima Letnan Kolonel Inf Bambang Kurnia Eka Putra di lapangan Serasuba Kota Bima.
Walikota Bima, H. Muhammad Lutfi menyampaikan festival tersebut sebagai bentuk partisipasi dan penghargaan Pemkot Bima bersama seluruh masyarakat kota Bima dalam memeriahkan HUT ke-74 TNI.
"Acara ini juga sebagai salah satu upaya untuk memperkenalkan dan melestarikan seni budaya masyarakat Mbojo kepada masyarakat luas baik didalam maupun diluar negeri dengan harapan para wisatawan baik lokal maupun mancanegara berkenan datang berkunjung ke tanah Mbojo," ujarnya.
Rimpu adalah memakai sarung dengan melingkarkannya pada kepala, di mana yang terlihat hanya wajah pemakainya dengan menggunakan sarung. Busana tradisional Rimpu yang merupakan salah satu hasil kebudayaan masyarakat Dompu-Bima.
Umumnya, kaum perempuan memakai Rimpu untuk menutup auratnya sebagaimana ajaran Islam mengajarkan bahwa setiap kaum perempuan yang sudah aqil baligh harus menutup auratnya di hadapan orang yang bukan muhrimnya.
Ada dua jenis busana rimpu yang di gunakan oleh perempuan Dompu-Mbojo, bagi perempuan yang belum menikah memakai busana rimpu hanya keliatan bagian mata dan telapak tangannya saja, sedangkan bagi perempuan yang sudah menikah atau berkeluarga memakai busana rimpu boleh keliatan bagian wajah.
Dandim 1608/Bima Letnan Kolonel Inf Bambang Kurnia Eka Putra, memberikan apresiasi kepada Pemkot Bima dan masyarakat Bima yang telah memberikan dukungan, partisipasi dan sumbangsih dalam menyukseskan, merayakan dan meramaikan HUT TNI ke 74.
Menurutnya, festival ini sengaja mengangkat kearifan lokal khususnya Rimpu, dan kuda hias dan pentas seni budaya masyarakat Mbojo untuk menggugah dan melestarikan kembali budaya dana Mbojo sehingga generasi muda mengetahui kekayaan budaya yang ada daerah.
Baca juga: Pagelaran Rebana pecahkan rekor MURI
"Arus globalisasi dan perkembangan tehnologi salah satu sisi membawa dampak negatif bagi bangsa sehingga harus diperkuat kembali budaya dan kearifan lokal sebagai filter budaya luar yang masuk dan merusak tatanan kehidupan yang sudah ditanamkan oleh para pendiri bangsa maupun para leluhur kita," jelasnya.
Museum rekor-dunia Indonesia (MURI) memberikan penghargaan MURI kepada Pemkot Bima. Perwakilan MURI Triyono menyampaikan hari ini MURI memberikan penghargaan kepada Pemkot Bima yang telah mampu melaksanakan kegiatan yang memenuhi target sebagai penerima rekor MURI.
Baca juga: Pertunjukan musik Bambu pecahkan rekor MURI
Triyono berharap kegiatan yang mengangkat budaya dan kearifan lokal seperti ini harus dilestarikan sehingga MURI memberikan penghargaan kepada kegiatan ini sebagai rekor dunia.
Usai memberikan sambutan di pantai Lawata, acara dilanjutkan dengan pentas seni budaya Gantao (pencak silat Bima) dan Taji Tuta (adu kepala).
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019