Dalam setiap kesempatan Wali Kota Banjarmasin Ibnu Sina selalu menggaungkan komitmenya untuk menciptakan sungai-sungai di Banjarmasin menjadi sungai terindah di Indonesia.

Bahkan menyatakan Banjarmasin sebagai "kota air" mengingat jumlah sungai di Banjarmasin mencapai 170 buah, tak ada di belahan nusantara lain yang jumlah sungai membelah sebuah kota sebanyak di Banjarmasin ini.

Dari sejumlah sungai yang membelah Kota Banjarmasin tersebut yang terbesar adalah Sungai Barito, baru Sungai Martapura, kemudian baru sungai lainnya yang kecil seperti sungai kelayan, sungai pekapuran, sungai pekauman, sungai lulut, sungai kuripan, sungai  veteran, sungai teluk dalam, sungai kidaung, sungai tatas, sungai belasung, sungai andai, sungai awang, sungai gampa, sungai, banyiur, sungai pemurus dan sungai-sungai lainnya. 

Dengan kondisi kota yang dijuluki "kota seribu sungai" itu penuh dengan aliran sungai maka Banjarmasin dinyatakan sebagai kota pusaka alam, oleh badan dunia Unesco.

Berdasarkan catatan luas wilayah Kota Banjarmasin, ibukota Provinsi Kalimantan Selatan ini hanya  98,46 kilometer, dengan luas sesempit itu telah dialiri 170 buah sungai dengan panjang keseluruhan sekitar 200 kilometer.

Sementara daratan Kota Banjarmasin 16 cm di bawah permukaan laut, jika terjadi air pasang dalam, dengan demikian praktis kota ini selalu berair.

Banjarmasin yang secara geografis berada di kawasan Selatan pulau terbesar di Inodonesia itu hanya berupa daratan pasang surut dan sungai, tetapi tak memiliki hutan apalagi deposit tambang, sehingga kota ini tak memiliki sumber daya alam (SDA) yang memadai untuk dikelola bagi mensejahterakan masyarakatnya.

Oleh karena itu tak ada pilihan lain, bagi petinggi di kota ini untuk berkreasi menciptakan kondisi alam berupa sungai itu sebagai daya pikat dalam upaya mencari kontribusi ekonomi masyarakatnya.

Salah satu upaya tersebut yaitu menciptakan destinasi wisata khas berupa sungai, yang diharapkan akan mampu mendatangkan uang dari para wisatawan yang datang dari berbagai arah di nusantara maupun dunia.

Makanya wali kota Ibnu Sina bertekad menciptakan sungai di Banjarmasin sebagai sungai yang terindah, yang diharapkan bisa menjadi daya magnet bagi orang untuk berkunjung ke kota yang berpenduduk sekitar 800 ribu jiwa tersebut.

Salah satu upaya menciptakan magnet kunjungan wisatawan tersebut yaitu membuat siring sepnajng Sungai Martapura sepanjang lima kilometer, dengan siring kemudian dibangun kawasan "Water Front City" seperti di Siring Tendean, dan di Siring Sudirman.

Selain itu, kawasan siring dibangun menara pandang, patung bekantan, kawasan nol kilometer, yang paling semarak adanya pasar terapung, sehingga sekarang wisata Banjarmasin mulai menggeliat dengan kunjungan sekitar lima ribu orang setiap minggunya.

Selain pasar terapung juga masih ada beberapa destinasi wisata di Banjarmasin yang ditawarkan dengan menjual sungai sebagai ikonnya, seperti kampung hijau, kampung biru, sungai biuku, sungai kuin kecil, dan Pulau Bromo.

Kendati wisata Banjarmasin sudah menggeliat namun masih banyak pihak yang merasa pesimistis Banjarmasin kian maju wisata sungainya, karena masih terlihat begitu banyak sampah yang larut di atas air sungai setempat.

Banyaknya sampah yang mengapung di sungai lantaran perilaku warga yang dinilai belum terlalu peduli dengan kebersihan sungai di kota ini, dengan membuang sampah sembarangan ke sungai, buang air besar ke sungai, dan masih melakukan aktivitas cuci dan mandi di sungai.

Dengan budaya warga yang seperti itu tak ayal seringkali Sungai Banjarmasin diserang pampangan (sampah sungai yang berjubel) menutupi sebagian sungai seperti yang sering terjadi di bawah Jembatan Pasar Lama dan Jembatan Antasari.
Kondisi sampah di sungai Martapura, Kota Banjarmasin, (Antaranews kalsel/Hasan Z)

Pampangan berupa sampah kumpulan dari eceng gondok, potongan kayu, sampah pelastik, dan aneka jenis sampah lainnya tersebut konon berasal dari buangan warga setempat disamping kiriman dari bagian hulu sungai dimana sepanjang Sungai Martapura hingga ke hulu merupakan pemukiman penduduk.

Belum lagi, kondisi hulu atau resapan air nya yang sudah rusak akibat hutan digunduli adanya pertambangan dan kebun sawit, praktis sungai juga terserang sidemintasi lumpur hingga sungai mendangkal dan ditambah banyaknya pemukiman yang menyita sungai sehingga sungai menyempit.

Begitu juga banyaknya kegiatan industri dan limbah rumah tangga sehingga kondisi air Sungai Banjarmasin tak bisa seperti yang diharapkan, dimana kandungan Bakteri Coli mencapai ribuan PPM sementara baku mutu hanya 250 PPM saja.

Begitu juga tingkat kekeruhan pada musim tertentu bisa mencapai 5000 NTU sementara bagu mutu hanya 150 NTU, sehingga air sungai banjarmasin sulit diolah air minum karena kandungan partikel lumpur yang pekat.
Warga membersihkan sungai dari sampah di sungai Martapura, Kota Banjarmasin, (Antaranews kalsel/Hasan Z)
Warga membersihkan sungai dari sampah di sungai Martapura, Kota Banjarmasin, (Antaranews kalsel/Hasan Z)


Belum lagi pada musim kemarau intrusi air laut sudah masuk kian ke hulu, di Sungai Martapura setelah resapan air rusak, sehingga kandungan kadar garam juga bisa mencapai 3000 PPM per liter padahal idealnya juga hanya 250 PPm per liter.

Sedangkan kadar asam pada lokasi tertentu konon bisa mencapai pH-3 padahal idealnya pH-7, belum lagi perkiraan adanya kandungan logam berat lainnya berupa mercuri mengingat di beberapa bagian hulu sungai Barito dan Sungai Martapura terdapat pendulangan emas tradisional yang memanfaatkan air raksa sebagai media pembeku emas.

Untuk menciptakan sungai yang terindah tersebut, maka Pemkot mencoba membangun partisipasi masyarakat melalui berbagai komunitas, seperti satuan tugas kebersihan, forum komunitas hijau, masyarakat peduli sungai, maupun komunitas hijau daun yang kesemuanya beroriantasi membersihkan sungai.

Tetapi walau komunitas komunitas ini gencar melakukan aksi dan edukasi namun masih tidak terlihat secara siknifikan perubahan perilaku masyarakat terhadap sungai, karena sampai saat ini masih terlihat tumpukan sampah sungai di mana-mana, sehingga timbul pertanyaan mampukah Banjarmasin ini menjadi sebagai sungai terindah di tanah air.

Apalagi di Pemkot Banjarmasin terjadi perubahan status Dinas Sungai yang dulunya SKPD itu mengurusi sungai sekarang hanya menjadi bidang sungai dan masuk di Dinas PUPR praktis secara pendanaan juga menciut yang tentu memperkecil program kegiatan instansi tersebut mengurusi kebersihan sungai.

 

Pewarta: Hasan Zainuddin

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019