Pengamat ekonomi Hisar Sirait berharap pemerintahan saat ini, usai Esemka diresmikan oleh Presiden Joko Widodo, jangan sampai mengulangi kesalahan proyek mobil nasional di era Orde Baru (Orba) yang sempat mengalami kegagalan.
"Bicara mengenai industri otomotif ini sebetulnya banyak faktor keterkaitannya, antara lain faktor komitmen penuh pemerintah untuk memberikan banyak hal terkait dengan pengembangan industri mobil. Proyek mobil nasional pertama yang gagal pada beberapa dekade lalu karena menjalankan komitmen ini secara setengah-setengah alias parsial," kata ekonom yang juga menjabat sebagai Rektor Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie tersebut saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Jumat.
Dia menjelaskan bahwa dengan demikian masing-masing pihak tidak memiliki sesuatu yang disebut terintegrasi penuh atau fully integrated, integrasi sempurna untuk pengembangan sebuah industri mobil. Ini sangat dibutuhkan karena industri mobil merupakan industri otomotif yang tidak hanya dibangun secara parsial.
Kalau Indonesia mau mengembangkan dan memperkuat industri mobil secara mandiri maka harus ada teknologinya, melibatkan industri karet untuk menghasilkan bannya dan berbagai macam industri yang berkaitan dengan industri mobil, tambahnya, ini semua harus dilibatkan.
Faktor selanjutnya yakni daya saing dari produk yang dihasilkan oleh industri mobil. Proyek mobil nasional dulu hanya berpikir output oriented atau yang penting ada dulu, tidak memikirkan secara panjang mengenai daya saing dari produk yang dihasilkannya.
"Jangan sampai mobil Esemka juga menjadi korban dari pandangan output oriented yang pernah membuat gagal proyek mobil nasional dulu yang tidak melihat keberlanjutan dari mobil nasional tersebut," ujar Hisar Sirait.
Kesalahan lainnya yang dialami oleh proyek mobil nasional sebelumnya adalah rantai pasokan produksi yang sangat lemah, lanjutnya, untuk menghasilkan sebuah mobil harus mengintegrasikan jaringan-jaringan pasokan yang mendukung lini produksi.
Presiden Joko Widodo akhirnya meluncurkan mobil Esemka bersamaan dengan meresmikan fasilitas produksi otomotif karya anak bangsa PT Solo Manufaktur Kreasi (Esemka) di Desa Demangan Kecamatan Sambi Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Jumat.
Direktur Utama PT Solo Manufaktur Kreasi (Esemka) Edi Wirajaya, mengatakan dua mobil Esemka jenis pick up atau mobil niaga diluncurkan yaitu Bima 1.2 dan Bima 1.3.
Ia menjelaskan, truk ringan atau mobil niaga Esemka Bima 1.3 hadir dengan kabin yang lega serta ruang kargo yang luas cocok untuk lebih banyak muatan.
Dilengkapi dengan mesin 1.3 L DOHC 16 v yang tangguh dan bertenaga, Esemka bisa menjadi kebanggaan Indonesia, karena tangguh, harga terjangkau dan bertenaga.
Baca juga: Gubernur Jateng siap pakai Esemka untuk mobil dinas
Baca juga: Jokowi Mestinya Tidak Ragu Pakai Esemka
Baca juga: Menristek Teliti Mobil Esemka
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019
"Bicara mengenai industri otomotif ini sebetulnya banyak faktor keterkaitannya, antara lain faktor komitmen penuh pemerintah untuk memberikan banyak hal terkait dengan pengembangan industri mobil. Proyek mobil nasional pertama yang gagal pada beberapa dekade lalu karena menjalankan komitmen ini secara setengah-setengah alias parsial," kata ekonom yang juga menjabat sebagai Rektor Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie tersebut saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Jumat.
Dia menjelaskan bahwa dengan demikian masing-masing pihak tidak memiliki sesuatu yang disebut terintegrasi penuh atau fully integrated, integrasi sempurna untuk pengembangan sebuah industri mobil. Ini sangat dibutuhkan karena industri mobil merupakan industri otomotif yang tidak hanya dibangun secara parsial.
Kalau Indonesia mau mengembangkan dan memperkuat industri mobil secara mandiri maka harus ada teknologinya, melibatkan industri karet untuk menghasilkan bannya dan berbagai macam industri yang berkaitan dengan industri mobil, tambahnya, ini semua harus dilibatkan.
Faktor selanjutnya yakni daya saing dari produk yang dihasilkan oleh industri mobil. Proyek mobil nasional dulu hanya berpikir output oriented atau yang penting ada dulu, tidak memikirkan secara panjang mengenai daya saing dari produk yang dihasilkannya.
"Jangan sampai mobil Esemka juga menjadi korban dari pandangan output oriented yang pernah membuat gagal proyek mobil nasional dulu yang tidak melihat keberlanjutan dari mobil nasional tersebut," ujar Hisar Sirait.
Kesalahan lainnya yang dialami oleh proyek mobil nasional sebelumnya adalah rantai pasokan produksi yang sangat lemah, lanjutnya, untuk menghasilkan sebuah mobil harus mengintegrasikan jaringan-jaringan pasokan yang mendukung lini produksi.
Presiden Joko Widodo akhirnya meluncurkan mobil Esemka bersamaan dengan meresmikan fasilitas produksi otomotif karya anak bangsa PT Solo Manufaktur Kreasi (Esemka) di Desa Demangan Kecamatan Sambi Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Jumat.
Direktur Utama PT Solo Manufaktur Kreasi (Esemka) Edi Wirajaya, mengatakan dua mobil Esemka jenis pick up atau mobil niaga diluncurkan yaitu Bima 1.2 dan Bima 1.3.
Ia menjelaskan, truk ringan atau mobil niaga Esemka Bima 1.3 hadir dengan kabin yang lega serta ruang kargo yang luas cocok untuk lebih banyak muatan.
Dilengkapi dengan mesin 1.3 L DOHC 16 v yang tangguh dan bertenaga, Esemka bisa menjadi kebanggaan Indonesia, karena tangguh, harga terjangkau dan bertenaga.
Baca juga: Gubernur Jateng siap pakai Esemka untuk mobil dinas
Baca juga: Jokowi Mestinya Tidak Ragu Pakai Esemka
Baca juga: Menristek Teliti Mobil Esemka
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019