Lima mahasiswa Program Studi (Prodi) Kehutanan Fakultas Pertanian Peternakan (FPP) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menginisiasi pengolahan sampah plastik yang disulap menjadi bahan baku furniture bernilai ekonomi tinggi.
Berawal dari keprihatinan mereka pada sampah plastik yang menggunung di Tempat Pembuangan Akhir (TPA), mereka berupaya mencari solusi untuk mengurangi limbah sampah plastik sekaligus bermanfaat dan memiliki nilai ekonomi.
Kelima mahasiswa tersebut adalah Ainun Fadillah, Agus Firmansyah, Dany Fiqrullah Jaki, Oktavian Dwi Sumbermanto, dan Samsul sebagai ketua tim. "Karena keprihatinan kami atas menggunungnya sampah di TPA, kami mencoba untuk mengolah sampah plastik sebagai bahan baku untuk furniture," kata Agus di Malang, Sabtu (20/7).
Baca juga: LLDIKTI Wilayah XI tingkatkan profesionalisme dosen Kalimantan
Agus menerangkan bahwa produk olahan mereka sangat ramah lingkungan serta tidak mencemari lingkungan sekitar. Hal ini dilihat dari cara mereka mengolah sampah yang akan dibakar. Dimulai dari proses memilah sampah-sampah plastik, seperti botol kemasan mineral, kresek ataupun bungkus jajanan plastik ke proses pembakaran.
"Karena saat dibakar sampah plastik ditutup dan asapnya disalurkan ke dalam air melalui selang yang dipasang sebagai satu-satunya saluran untuk mengeluarkan asap. Ini tidak akan merusak lingkungan karena karbon dioksida kita salurkan ke dalam sebuah wadah berisi air yang diletakkan di sebelah tempat pembakaran," tuturnya.
Cairan plastik hasil pembakaran dialirkan ke dalam cetakan yang berbentuk kotak berukuran 50 x 50 cm. Menariknya dari lempengan itu, PKM hasil bimbingan Dr Nugroho Tri Waskitho ini menghasilkan produk olahan berupa dingklik (bangku), meja, bahkan lemari dengan kisaran harga mulai dari Rp85 ribu-Rp250 ribu.
Baca juga: Tingkatkan produktivitas penulisan PKM, LLDIKTI gelar workshop
Proyek ini, sambung mahasiswa 2015 ini, didaftarkan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang Kewirausahaan. "PKM kami dimulai sejak 2015 atau lebih tepatnya ketika kami sebagai mahasiswa baru. Kebetulan kami semuanya satu kelas, sehingga untuk koordinasi lebih mudah. Sekarang tinggal fokus pemasaran," katanya.
PKM garapan kelima mahasiswa ini sejalan dengan program yang tengah digalakkan UMM untuk mengurangi penggunaan kemasan plastik. Kampanye ini dimulai dengan mendorong seluruh civitas akademika UMM melalui berbagai aksi kreatif, seperti melalui video berdurasi pendek di instagram dengan hastag #diemsampahplastik.
Baca juga: Pertahankan status unggul untuk Prodi Akreditasi A
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019
Berawal dari keprihatinan mereka pada sampah plastik yang menggunung di Tempat Pembuangan Akhir (TPA), mereka berupaya mencari solusi untuk mengurangi limbah sampah plastik sekaligus bermanfaat dan memiliki nilai ekonomi.
Kelima mahasiswa tersebut adalah Ainun Fadillah, Agus Firmansyah, Dany Fiqrullah Jaki, Oktavian Dwi Sumbermanto, dan Samsul sebagai ketua tim. "Karena keprihatinan kami atas menggunungnya sampah di TPA, kami mencoba untuk mengolah sampah plastik sebagai bahan baku untuk furniture," kata Agus di Malang, Sabtu (20/7).
Baca juga: LLDIKTI Wilayah XI tingkatkan profesionalisme dosen Kalimantan
Agus menerangkan bahwa produk olahan mereka sangat ramah lingkungan serta tidak mencemari lingkungan sekitar. Hal ini dilihat dari cara mereka mengolah sampah yang akan dibakar. Dimulai dari proses memilah sampah-sampah plastik, seperti botol kemasan mineral, kresek ataupun bungkus jajanan plastik ke proses pembakaran.
"Karena saat dibakar sampah plastik ditutup dan asapnya disalurkan ke dalam air melalui selang yang dipasang sebagai satu-satunya saluran untuk mengeluarkan asap. Ini tidak akan merusak lingkungan karena karbon dioksida kita salurkan ke dalam sebuah wadah berisi air yang diletakkan di sebelah tempat pembakaran," tuturnya.
Cairan plastik hasil pembakaran dialirkan ke dalam cetakan yang berbentuk kotak berukuran 50 x 50 cm. Menariknya dari lempengan itu, PKM hasil bimbingan Dr Nugroho Tri Waskitho ini menghasilkan produk olahan berupa dingklik (bangku), meja, bahkan lemari dengan kisaran harga mulai dari Rp85 ribu-Rp250 ribu.
Baca juga: Tingkatkan produktivitas penulisan PKM, LLDIKTI gelar workshop
Proyek ini, sambung mahasiswa 2015 ini, didaftarkan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang Kewirausahaan. "PKM kami dimulai sejak 2015 atau lebih tepatnya ketika kami sebagai mahasiswa baru. Kebetulan kami semuanya satu kelas, sehingga untuk koordinasi lebih mudah. Sekarang tinggal fokus pemasaran," katanya.
PKM garapan kelima mahasiswa ini sejalan dengan program yang tengah digalakkan UMM untuk mengurangi penggunaan kemasan plastik. Kampanye ini dimulai dengan mendorong seluruh civitas akademika UMM melalui berbagai aksi kreatif, seperti melalui video berdurasi pendek di instagram dengan hastag #diemsampahplastik.
Baca juga: Pertahankan status unggul untuk Prodi Akreditasi A
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019