Bertugas menjadi seorang pedel tidaklah terbayangkan sebelumnya bagi pria yang satu ini. Namun takdir telah membawa pemilik nama lengkap Muhamad Herry Purwanto (54) ini untuk selalu dipercaya Universitas Lambung Mangkurat (ULM) memegang tongkat komando mengatur jalan sidang terbuka Senat.
Memet, begitulah pria sederhana kelahiran Banjarmasin 15 November 1965 ini kerap disapa. Di ULM , Memet adalah staf di Bagian Kemahasiswaan dan Alumni Fakultas Hukum.
Namun ketika sidang terbuka Senat seperti wisuda, pengukuhan guru besar atau dies natalis dan acara penting lainnya di ULM, Memet jadi bagian penting untuk sukses tidaknya acara berlangsung.
Memegang tongkat panjang khas pedel dengan gambar di puncaknya burung enggang yang jadi logo ULM, Memet bergaya bak pemimpin pasukan yang di belakangnya berbaris para pimpinan ULM dan anggota Senat yang mayoritas guru besar ketika memasuki ruang acara saat pembukaan.
22 tahun menjadi pedel tentu bukanlah waktu yang singkat. Sejak tahun 1997, Memet telah mewarnai sidang terbuka Senat mulai zaman kepemimpinan Rektor ULM Prof Ir H Alfian Noor, Prof Rasmadi, Prof Muhammad Ruslan hingga sekarang Prof Dr H Sutarto Hadi.
"Waktu itu awalnya ditunjuk Pak Ary Achdiyani. Beliau melatih saya satu minggu sebelum ditugaskan. Dimana suara dan kekuatan kaki berdiri jadi syarat utamanya untuk dilatih," kata Memet, mengungkapkan awal mula dia bertugas sebagai pedel.
Untuk menjaga kondisi fisik agar terus prima demi kelantangan suara dan kekuatan kaki, ayah empat anak ini rajin berolahraga. Dia mempunyai
sepeda statis di rumah sebagai sarana menjaga kebugaran, di samping lari-lari kecil setiap akhir pekan.
"Seminggu atau tiga hari sebelum acara, biasanya lebih intensif lagi olahraga sembari latihan menghafal apa yang nanti diucapkan. Karena pedel tugasnya berdiri berjam-jam," bebernya.
Suka duka telah dirasakan Sarjana Akuntansi Pemerintahan Fakultas Ekonomi ULM ini. Dia gundah, ketika ada perubahan dalam agenda di tengah berlangsungnya acara.
"Misalnya di agenda awal gubernur dipastikan tidak datang. Namun, tiba-tiba gubernur hadir. Nah, apakah pedel menyebutkan atau tidak. Maka saya harus cepat koordinasi sama pembawa acara," ungkap alumni SMA PGRI 2 Banjarmasin ini.
Kemudian Memet juga harus benar-benar dalam konsentrasi tinggi sepanjang acara. Intonasi suara pun mesti terjaga stabil.
"Semua yang diucapkan harus dihafal dan sudah ada pembagian dengan pembawa acara, dimana jatah kita mengucapkan. Kalau sampai keliru, bisa fatal akibatnya, kita malu di hadapan banyak orang yang menyaksikan," tandasnya.
Memet mengaku bersyukur atas kepercayaan yang diberikan pimpinan. Dia pun membuktikannya dengan pelaksanaan tugas yang penuh tanggung jawab.
"Pimpinan sudah percaya sama saya, maka kepercayaan inilah yang saya jaga betul," pungkas pria yang memulai karirnya di Bagian Kepegawaian Rektorat ULM tahun 1990 dan kini telah ASN golongan IIIB.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019
Memet, begitulah pria sederhana kelahiran Banjarmasin 15 November 1965 ini kerap disapa. Di ULM , Memet adalah staf di Bagian Kemahasiswaan dan Alumni Fakultas Hukum.
Namun ketika sidang terbuka Senat seperti wisuda, pengukuhan guru besar atau dies natalis dan acara penting lainnya di ULM, Memet jadi bagian penting untuk sukses tidaknya acara berlangsung.
Memegang tongkat panjang khas pedel dengan gambar di puncaknya burung enggang yang jadi logo ULM, Memet bergaya bak pemimpin pasukan yang di belakangnya berbaris para pimpinan ULM dan anggota Senat yang mayoritas guru besar ketika memasuki ruang acara saat pembukaan.
22 tahun menjadi pedel tentu bukanlah waktu yang singkat. Sejak tahun 1997, Memet telah mewarnai sidang terbuka Senat mulai zaman kepemimpinan Rektor ULM Prof Ir H Alfian Noor, Prof Rasmadi, Prof Muhammad Ruslan hingga sekarang Prof Dr H Sutarto Hadi.
"Waktu itu awalnya ditunjuk Pak Ary Achdiyani. Beliau melatih saya satu minggu sebelum ditugaskan. Dimana suara dan kekuatan kaki berdiri jadi syarat utamanya untuk dilatih," kata Memet, mengungkapkan awal mula dia bertugas sebagai pedel.
Untuk menjaga kondisi fisik agar terus prima demi kelantangan suara dan kekuatan kaki, ayah empat anak ini rajin berolahraga. Dia mempunyai
sepeda statis di rumah sebagai sarana menjaga kebugaran, di samping lari-lari kecil setiap akhir pekan.
"Seminggu atau tiga hari sebelum acara, biasanya lebih intensif lagi olahraga sembari latihan menghafal apa yang nanti diucapkan. Karena pedel tugasnya berdiri berjam-jam," bebernya.
Suka duka telah dirasakan Sarjana Akuntansi Pemerintahan Fakultas Ekonomi ULM ini. Dia gundah, ketika ada perubahan dalam agenda di tengah berlangsungnya acara.
"Misalnya di agenda awal gubernur dipastikan tidak datang. Namun, tiba-tiba gubernur hadir. Nah, apakah pedel menyebutkan atau tidak. Maka saya harus cepat koordinasi sama pembawa acara," ungkap alumni SMA PGRI 2 Banjarmasin ini.
Kemudian Memet juga harus benar-benar dalam konsentrasi tinggi sepanjang acara. Intonasi suara pun mesti terjaga stabil.
"Semua yang diucapkan harus dihafal dan sudah ada pembagian dengan pembawa acara, dimana jatah kita mengucapkan. Kalau sampai keliru, bisa fatal akibatnya, kita malu di hadapan banyak orang yang menyaksikan," tandasnya.
Memet mengaku bersyukur atas kepercayaan yang diberikan pimpinan. Dia pun membuktikannya dengan pelaksanaan tugas yang penuh tanggung jawab.
"Pimpinan sudah percaya sama saya, maka kepercayaan inilah yang saya jaga betul," pungkas pria yang memulai karirnya di Bagian Kepegawaian Rektorat ULM tahun 1990 dan kini telah ASN golongan IIIB.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019