Oleh Ulul Maskuriah


Banjarmasin,  (Antaranews Kalsel) - Perajin kain saserangan Kalimantan Selatan kini mulai mengembangkan pewarnaan kain ramah lingkungan, yaitu pewaranaan dengan tumbuhan dan buah-buahan alam khas daerah.

Pengusaha kain saserangan M. Ridho di Banjarmasin, Jumat, mengatakan bahwa pengembangan pewarnaan kerajinan saserangan dengan tumbuhan alam atau nonsintetis sebagai salah satu upaya untuk melestarikan lingkungan yang sehat dan bersih.

"Selain itu, biaya produksi jauh lebih murah karena perajin tidak perlu lagi menggunakan pewarna sintetis impor yang lebih mahal," katanya.

Dengan pewarna alam, kata dia, perajin lebih mudah untuk mendapatkan bahan baku warna karena tinggal memetik bahan-bahan yang ada di sekiling rumah dengan cara melakukan budi daya.

Selain lebih murah, hasil yang didapat juga relatif lebih baik dan harganya juga jauh lebih mahal karena hasil dan kualitas warna alam lebih baik dan terkesan eksklusif.

"Dengan hal tersebut tentu perajin akan mendapat keuntungan lebih besar," katanya.

Menurut Ridho, salah satu kelebihan kain saserangan alam, dari segi warna bila dilihat akan lebih sejuk, karena warna sangat lembut, berbeda dengan warna sintetis yang mencolok sehingga lama-lama menyilaukan mata.

Harganya pun jauh lebih mahal, minimal satu potong Rp100 ribu per meter, sedangkan saserangan dengan warna sintetis jauh lebih murah bisa didapat dengan harga Rp35 ribu per meter.

Kelemahannya, kata Ridho, proses pembuatannya jauh lebih rumit dan lama karena perajin harus mengolah warna sendiri, sedangkan warna sintetis tinggal mengaduk dan memadukan saja.

"Akan tetapi, bila dikerjakan secara terus-menerus, perajin lama-lama akan terbiasa," katanya.

Beberapa tanaman dan daun yang bisa dimanfaatkan untuk pewarna, misalnya, buah gincu atau pinang, kunyit, daun mangga untuk warna kuning, daun secang untuk warna biru, kayu ulin untuk warna cokelat.

"Cukup banyak kekayaan alam Kalsel yang bisa menghasilkan warna-warna menarik, tinggal kita pandai-pandai untuk melakukan uji coba," katanya.

Ridho berharap ke depan pemerintah juga melakukan budi daya tanaman warna tersebut, yang kini sebagian mulai punah, seperti ulin yang mulai sulit untuk didapat.

Menurut Ridho, dalam mengembangkan warna alam tersebut, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Pemprov Kalsel, terus melakukan pelatihan, sesuai dengan permintaan warga maupun program berkelanjutan.


Pewarta:

Editor : Asmuni Kadri


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2013