Dua pelajar Prancis Rémi Lemaire dan Andreea Viviana Popovici keluar sebagai juara pidato dan cerita Bahasa Indonesia yang mengangkat topik dan cerita tentang toleransi.
Rémi Lemaire adalah pelajar di Universitas Teknologi Compiègne, sedangkan Andreea Viviana Popovici pelajar sarjana tingkat 2 di Institut National des Langues et Civilisations Orientale (Inalco)
Kegiatan lomba berpidato dan bercerita berbahasa Indonesia dihadiri sekitar 50 orang penonton yang terdiri dari para pelajar di Inalco, masyarakat penggiat bahasa, dan beberapa staf KBRI diadakan di ruang Balai Budaya KBRI Paris, pada hari Rabu, (29/5).
Atdikbud KBRI Paris, Prof. Warsito kepada Antara London, Jumat mengatakan sesuatu yang membanggakan sebagai bangsa Indonesia, ketika mendengarkan pidato dan cerita orang asing belajar menggunakan Bahasa Indonesia. Itulah yang kami rasakan ketika mengikuti pidato dan cerita bahasa Indonesia oleh mahasiswa asal Perancis.
Juri dalam lomba pidato dan bercerita adalah Ibu Bernadeta Sari Utami Sardjono, pengajar Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) yang juga seorang bibliothécaire, dan Ibu Nathalie Saraswati Wirja, seorang penerjemah dan juru bahasa.
Atdikbud KBRI Paris, Prof. Warsito menyampaikan bahwa lomba pidato dan cerita merupakan bagian dari kegiatan apresiasi BIPA, dan berharap pengembangan Bahasa Indonesia khususnya untuk penutur asing dapat berjalan baik.
Dikatakannya di Prancis terdapat tiga lembaga yang secara konsisten mengembangkan pembelajaran Bahasa Indonesia, yaitu di Inalco Paris, di Universitas Le Havre, dan di Universitas La Rochelle.
Secara khusus, di Universitas Le Havre – Normandie, Bahasa Indonesia diajarkan di jenjang Sarjana bidang Bahasa-bahasa Asing Terapan Inggris – Asia, dan program Master bidang Manajemen dan Perdagangan Internasional Eropa-Asia, sejak tahun 1995 an.
Kedua pelajar ini belum pernah ke Indonesia, Rémi Lemaire mengenal dan belajar berbahasa Indonesia secara mandiri, Andreea Viviana Popovici baru beberapa kali mengikuti perkuliahan bahasa Indonesia di Inalco. Rémi Lemaire berpidato sekitar 10 menit tentang toleransi dengan lancar, meskipun masih ada satu dua aksen bahasa yang masih kental Bahasa Prancis, namun menunjukkan kesungguhan dan cintanya kepada bahasa Indonesia.
Isi pidato secara khusus memberikan pesan moral akan makna toleransi. Rémi memberikan contoh aksi teroris yang mengerikan, penembakan yang brutal di gereja beberapa waktu lalu, yang tidak ada empatinya sama sekali.
Di akhir pidatonya, Rémi menyampaikan bahwa pemahaman, keterbukaan, dan penerimaan dari perbedaan, itulah toleransi.
Sementara Viviana mengangkat pesan toleransi dari kisah cerita timun mas yang berasal dari Jawa Tengah, bagaimana keangkuhan raksasa yang ingin memangsa gadis bernama Timun Mas akhirnya terkalahkan. Kisah cerita diakhiri dengan hidup kedamaian Timun Mas dan Mbok Sani, karena raksasa telah binasa akibat ulah keangkuhannya maka tenggelam di lautan yang panas.
Anggota dewan juri memberikan komentar dan saran untuk perbaikan ke depannya kepada mereka berdua, khususnya yang masih sulit adalah prononsasi karena terlihat dari gestur/mimik ketika sedang menyampaikan maksud cerita atau isi pidato. Yang diapresiasi dari juri adalah tata Bahasa dan kelancaran, hal ini menunjukkan bahwa Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang mudah dipelajari oleh siapa saja. Tepuk riuh penonton yang hadir mengakhiri kegiatan tersebut.
Atdikbud memberikan piagam penghargaan kepada Rémi Lemaire dan Andreea Viviana Popovici serta mengumumkan hadiah berupa kunjungan ke Indonesia semua biayanya ditanggung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Mereka berdua akan bersaing dengan peserta dari negara lainnya untuk memperoleh juara internasional yang nanti mendapatkan anugerah saat upacara 17 Agustus di Jakarta.
Selama di Indonesia, selain memperoleh pembinaan Bahasa Indonesia, semua peserta dari berbagai negara juga akan mengunjungi pusat kebudayaan di Indonesia, diharapkan setelah mereka kembali ke negara masing-masing mampu menjadi duta Bahasa Indonesia.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019