Melukis adalah hobi dan profisi bagi sebagian orang, namun sebuah karya goresan di kavpas itu hingga dihargai di negeri orang tentunya sebuah kebanggaan yang luar biasa.
Itulah yang tergambar diraut wajah pelukis Kalsel Rizali Noor saat menceritakan ada satu karya lukisnya yang dipampang di museum di Negeri Jepang.
Menurut pendiri bengkel lukis Sholihin Taman Budaya Kalsel ini, cerita lukisannya ada di museum Jepang itu diberitakan salah seorang mahasiswa didiknya.
"Ada mahasiswa didik saya yang mengikuti pertukaran pelajar ke negeri Jepang, saat dia ke museum di sana, melihat lukisan dengan tanda nama saya, dia ceritakan bentuk lukisannya kepada saya," ujar pria yang tinggal di Komplek Kayu Tangi 2, Kelurahan Pangeran, Banjarmasin Utara itu.
Lukisan yang diceritakan itu adalah lukisan seorang nenek jualan kelapa sambil menginang dengan ukuran sekitar 100x70 cm.
"Itu lukisan lama buatan saya, saat di pameran di Taman Budaya Kalsel, memang dibeli turis dari Jepang, saya jual waktu itu cuma Rp250 ribu, tidak menyangka, kini terpampang di museum Jepang," ujar pria yang akan genap berusia 64 tahun pada 10 April 2019 ini.
Rizali Noor mengaku gembira karyanya diapresiasi di negeri orang nanjauh, meski tidak melihat secara langsung, hanya lewat cerita.
"Maklum saat itu belum ada hp yang ada kameranya, hingga tidak ada bukti visual dibuat mahasiswa itu, namun dia tetap percaya akan ceritanya," ujarnya mengenang kisah yang sudah cukup lama itu.
Rizali Noor yang baru saja membuat pameran tunggal karya lukis bertema "Retropeksi Rizali Noor" dari tahun 1980-2015 di Taman Budaya Kalsel mengaku sudah senang melukis sejak masih dibangku sekolah dasar.
"Saat masih kecil, kami tinggal di Yogyakarta, dekat dengan perguruan tinggi seni rupa, saya senang main ke sana, hingga mulai hobi melukis," ungkapnya.
Semasa duduk di bangku SMP dan SMA, hobi melukisnya makin ditekuninya, hingga beberapa kali menang lomba.
"Bahkan lukisan saya menang ditingkat nasional, kemudian diikutkan ditingkat internasional," papar pria yang pensiun sebagai pegawai Taman Budaya Kalsel pada 2013 tersebut.
Sejak saat itu, dia pun mulai rajin mengikuti pameran lukis di berbagai daerah, diantaranya di Padang, Palembang, Lampung, Jambi dan Makassar. Serta kota-kota di tanah Borneo ini.
Menurut dia, menekuni seni lukis di daerahnya ini memang tidak banyak mendapatkan materi, karena pasarnya hampir tidak ada.
"Pemasaran seni lukis itukan potensialnya di pameran, di sini sangat jarang digelar pameran itersebut, jadi karya seni kita menumpuk," ujarnya.
Bahkan dia mengaku, sulit memasarkan karya seni lukisnya, dalam satu bulan, belum tentu ada yang membeli karya seninya, karenanya seni rupa di daerah ini bisa dikatakan "mati suri".
"Sehingga, untuk bisa bertahan hidup dan mendapatkan tambahan penghasilan, para seniman kini banyak yang menjadi guru atau mengajar di sekolah atau sanggar lukis, demikian juga dengan saya," ucapnya.
Selain untuk mendapatkan penghasilan tambahan, yang terpenting adalah untuk terus mengenalkan ilmu seni lukis kepada generasi muda, sehingga pada akhirnya tidak tergerus oleh zaman.
"Sampai sekarang saya tetap melukis, bukan ingin disebut maestro nantinya, tapi saya ingin mempertahankan kesenian ini akan terus eksis selama lamanya," pungkas Rizali Noor yang mendirikan bengkel lukis Sholihin pada 1985 tersebut.