Untuk memperingati Harlah GP Ansor yang ke-78 dan Pergerakan
Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) yang ke-52, GP Ansor Hulu Sungai Tengah (HST) dan PMII
Barabai menggelar silaturrahmi dan dialog publik bertempat di hotel
Fuspa Barabai, Rabu.
Ketua Panitia Pelaksana Yusran melaporkan kegiatan mengambil tema
"Membangun Kesadaran dan Strategi Penanggulangan Radikalisme Agama",
dengan nara sumber Kapolres HST AKBP Iwan Sonjaya, Ketua PWNU Kalsel KH
Sarbaini Haira, dan tokoh akademisi IAIN Antasari Mujiburrahman, diskusi
dipimpin moderator Ahmadi, Sekretaris GP Ansor HST.
Kegiatan diikuti 145 peserta dari pelajar, mahasiswa, OKP, LSM,
perwakilan partai politik, perwakilan pemerintah Kabupaten HST,
perwakilan instansi vertikal, TNI/Polri, masyarakat, pemuda dan
ulama dengan rangkaian acara pembukaan diskusi, materi, diskusi atau
tanya jawab, kesimpulan dan penutup.
Ia mengatakan, Radikalisme adalah paham atau gerakan yang cenderung
pada tindakan kekerasan dan kadang mengatasnamakan simbol-simbol agama
Islam untuk mencapai tujuan dan hal ini bisa ditanggulangi dengan sensor
diri sendiri melalui pembentukan karakter yang berakhlakul karimah,
lingkungan yang agamis dan pemahaman agama yang lurus.
Bupati HST H Harun Nurasid dalam sambutan tertulis yang disampaikan
Asisten II Bidang Pembangunan H Akhmad Tamzil mengutarakan budaya
diskusi, budaya berpikir dan budaya berbagi pendapat hendaknya terus
dikembangkan, untuk memberikan kontribusi dalam turut membangun sosial
kultural masyarakat Hulu Sungai Tengah.
Diungkapkannya munculnya radikalisme bukanlah persoalan sederhana,
tetapi banyak faktor yang mempengaruhi antara lain juga dipicu faktor
kemiskinan, kebodohan, ketertingalan, kesenjangan yang jaraknya
sedemikian jauh, keterbatasan lapangan kerja, tidak adanya harapan yang
jelas di masa depan dan lainnya.
"Oleh karena itu saya berharap diskusi ini tidak hanya berhenti pada
tataran teoritis namun dapat ditindak lanjuti dalam tataran praktis,
minimal dalam tindakan di wilayah Kabupaten HST dan Pemkab HST akan
sepenuhnya mendukung upaya dan langkah untuk wujudkan ketentraman bagi
masyarakatnya,"katanya.
Nara Sumber Mujiburrahman dalam pemaparan makalahnya mengungkapkan
perlunya upaya serius untuk mengatasi radikallisme antara lain melalui
penggalakkan program pendidikan karakter yang merupakan bagian tak
terpisahkan dari upaya membangun karakter bangsa melalui jalur
pendidikan.
Pembangunan karakter bangsa pertama kali dipopulerkan mendiang Presiden
Soekarno dalam usaha mengubah mentalitas bangsa kita yang semula
bermental budak sebagai bangsa terjajah, menjadi bermental merdeka,
mandiri, penuh inisiatif untuk kemajuan bangsa dan menjunjung tinggi
keluhuran budaya bangsa.
Diakhir diskusi, Moderator Ahmadi menambahkan bahwa radikalisme harus
diwaspadai agar tidak menimbulkan tindakan-tindakan anakhis yang
mengancam ketentraman dan keamanan masyarakat, konflik horizontal serta
disintegrasi bangsa, penanggulangan secara dini adalah melalui
membangun kesadaran agama dan sosial baik dalam kehidupan keluarga,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. (Fathur/D)
GP Ansor dan PMII Barabai Gelar Diskusi Publik
Rabu, 25 April 2012 16:36 WIB