Kandangan (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) Kalimantan Selatan (Kalsel) dan berbagai lapisan masyarakat setempat memperingati peristiwa bersejarah 2 September 1949 yang dikenal sebagai "Sejarah Munggu Raya".
Acara ini berlangsung penuh khidmat, melibatkan masyarakat serta jajaran pemerintah daerah di Desa Sungai Raya Selatan, Kecamatan Sungai Raya.
"Peristiwa Munggu Raya adalah tonggak penting dalam sejarah daerah kita, tentunya memancarkan semangat perjuangan dan keberanian luar biasa dari para pahlawan kita," kata Staf Ahli Bidang Pemerintahan, Pembangunan, dan Kemasyarakatan Iwan Friady, dalam sambutan, Senin.
Baca juga: Syamsuri Arsyad kembali terpilih Ketua Umum DHC 45 HSS
Dijelaskan dia, ini adalah sejarah yang harus terus diperingati, mengingat peristiwa Munggu Raya merupakan simbol perjuangan dan keberanian para pahlawan.
Peristiwa tersebut menunjukkan kepada betapa pentingnya kerja keras dan dedikasi dalam memperjuangkan kemerdekaan, dan mempertahankan negara, khususnya di daerah HSS.
"Kita harapkan melalui peristiwa ini bisa mengingatkan kembali nilai-nilai perjuangan dan keteguhan para pahlawan," ujarnya.
Baca juga: Pawai obor isi rangkaian peringatan Hari Pahlawan ke-78 di HSS
Selain itu, untuk memperkuat rasa persatuan dan kesatuan, serta komitmen untuk terus meneruskan cita-cita para pendahulu.
Dalam rangkaian acara digelar berbagai kegiatan, seperti upacara penghormatan kepada para pahlawan, pembacaan sejarah Munggu Raya.
Kemudian, peletakan karangan bunga oleh Staf Ahli, Pj Ketua TP PKK HSS Mutia Anwary Endri, dan Ketua Dewan Harian Cabang (DHC) 45 HSS Syamsuri Arsyad.
Baca juga: Pj Bupati HSS tegaskan dukungan pembinaan nilai-nilai keorganisasian DHC 45
Untuk peristiwa 2 September sendiri merupakan momen yang sangat penting bagi perjuangan rakyat Kalimantan khususnya di Kalsel.
Dulu tepatnya pada hari Jum’at, 2 September 1949 di gelar pertemuan atau perundingan di Munggu Raya antara
para pejuang gerilya, pemerintah Belanda dan delegasi Pemerintah Indonesia serta unsur dari PBB.
Berhadir saat itu pemimpin gerilya Hassan Basry, pihak Belanda (NICA) di bawah pimpinan Residen Borneo Selatan A.D Deelman, dan delegasi Pemerintah Indonesia oleh Mayor Suharjo beserta penengah UNCI (PBB).