New York (ANTARA) - Harga minyak lebih tinggi pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), membalikkan penurunan awal karena para pedagang mengantisipasi penarikan lebih lanjut persediaan minyak mentah AS menyusul pengurangan produksi yang berkepanjangan di Arab Saudi dan Rusia.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman November bertambah 56 sen menjadi menetap pada 90,60 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS untuk pengiriman Oktober terangkat 85 sen menjadi ditutup pada 87.54 dolar AS per barel.
“Kami memiliki persediaan minyak mentah yang cukup rendah di AS, dengan penarikan minyak mentah dalam jumlah besar selama beberapa minggu mendorong harga naik,” kata Bob Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho.
Baca juga: Minyak melemah di Asia karena pasar abaikan kekhawatiran pasokan
Persediaan minyak mentah AS diproyeksikan turun 5,5 juta barel dalam pekan yang berakhir 1 September, menurut sumber pasar yang mengutip angka American Petroleum Institute (API) yang dirilis setelah penyelesaian perdagangan. Data persediaan resmi dari Badan Informasi Energi AS akan dirilis pada Kamis pukul 15.00 GMT.
Kedua kumpulan data tersebut tiba satu hari lebih lambat dari biasanya karena libur Hari Buruh pada Senin (4/9/2023).
Pada Selasa (5/9/2023), Arab Saudi dan Rusia memperpanjang pengurangan pasokan minyak secara sukarela hingga akhir tahun. Pemotongan yang dilakukan Saudi sebesar 1 juta barel per hari, sementara Rusia telah memangkas 300.000 barel per hari. Jumlah ini melebihi pemotongan pada April yang disepakati oleh beberapa produsen OPEC+ yang berlaku hingga akhir tahun 2024.
Kedua negara tersebut akan meninjau kondisi pasar dan membuat keputusan bulanan mengenai memperdalam pemotongan atau meningkatkan produksi.
Baca juga: Minyak naik di awal Asia, Saudi dan Rusia perpanjang kurangi pasokan
Baca juga: Minyak di tertinggi 10-bulan, Saudi dan Rusia teruskan pangkas pasokan
Mencerminkan kekhawatiran pasokan jangka pendek, minyak mentah berjangka Brent bulan depan diperdagangkan mendekati level tertinggi dalam sembilan bulan pada 4,13 dolar AS per barel di atas harga dalam enam bulan. Selisih yang setara untuk minyak mentah WTI berjangka AS mencapai 4,88 dolar AS per barel, juga mendekati level tertinggi dalam sembilan bulan.
Harga minyak turun sejak awal karena kekhawatiran kenaikan suku bunga dan kekhawatiran investor terhadap perekonomian setelah data menunjukkan Indeks Manajer Pembelian (PMI) non-manufaktur ISM berada di 54,5, dibandingkan dengan ekspektasi 52,5.
Terhadap sejumlah mata uang, dolar naik ke level tertinggi 105,00, di atas level tertinggi enam bulan di 104,90 yang dicapai sesi sebelumnya. Penguatan dolar dapat membebani permintaan minyak karena membuat minyak mentah lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
Para analis memperingatkan bahwa kenaikan harga dapat menekan permintaan ketika kilang-kilang AS memasuki periode pemeliharaan pada September-Oktober. Potensi pasokan yang lebih tinggi dari Iran, Venezuela, dan Libya juga dapat membebani harga.
Perusahaan riset IIR Energy mengatakan pada Rabu (6/9/2023) bahwa pihaknya memperkirakan penyulingan minyak AS akan meningkatkan kapasitas penyulingan yang tersedia sebesar 274.000 barel per hari untuk pekan yang berakhir 8 September.
Baca juga: Wall St jatuh saat "yield" obligasi naik, minyak dukung sektor energi
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Sambas