New York (ANTARA) - Dolar jatuh dan euro naik di akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB) setelah Bank Sentral Eropa (ECB) menaikkan suku bunga meskipun terjadi kekacauan pasar dalam beberapa hari terakhir.
Hal itu sebagai tanda bahwa Federal Reserve juga kemungkinan akan menaikkan suku bunga minggu depan karena keduanya berupaya menjinakkan inflasi.
Kedua mata uang terjebak dalam kisaran sempit sebelum ECB mengumumkan kenaikan suku bunga setengah poin persentase seperti yang dijanjikan. Berdasarkan FedWatch Tool CME, pasar menilai kemungkinan 80,5 persen bahwa Fed akan menaikkan suku bunga seperempat poin pada tanggal 22 Maret.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS dan zona euro naik karena pasar saham di kedua sisi Atlantik menguat setelah reaksi perdagangan awal yang bergejolak oleh pasar terhadap keputusan ECB.
"Pasar melihat ECB, melihat bank sentral yang menghadapi ketidakpastian pasar dan mengambil keputusan hawkish yang telah diisyaratkan dalam panduan sebelumnya, didorong oleh mandat inflasi dan mengatakan 'The Fed mungkin dapat mengikuti pola yang sama'," kata Brian Daingerfield, kepala strategi valas G-10 di NatWest Markets.
ECB telah menaikkan suku bunga pada laju tercepat yang pernah tercatat dan The Fed pada laju tercepat dalam 4 dekade untuk mengekang inflasi. Suku bunga utang pemerintah AS yang lebih tinggi daripada negara-negara lain telah membentengi dolar, demikian juga ekonomi yang relatif kuat.
Akan tetapi, kekalahan di pasar global setelah Silicon Valley Bank runtuh di Amerika Serikat pekan lalu dan anjloknya nilai saham Credit Suisse pekan ini mengancam membatalkan rencana ECB untuk menaikkan suku bunga.
Baca juga: Rubel Rusia melemah dekati level terendah 11 bulan terhadap dolar
Baca juga: Kekhawatiran krisis perbankan global angkat mata uang "safe-haven"
"Jika mereka tidak melakukan apa-apa, jika tidak ada pendakian, orang akan lebih panik. Mereka akan langsung berspekulasi apa yang mereka sembunyikan?" kata Simona Mocuta, kepala ekonom di State Street Global Advisors di Boston.
Ia melanjutkan, "Ini juga memberi rasa kontinuitas di saat kekacauan ini. Ini sedikit jangkar karena pembuat kebijakan seharusnya berada pada saat-saat seperti ini."
Euro turun 0,25 persen setelah keputusan ECB. Akan tetapi, kemudian berbalik arah, begitu pula dolar. Euro naik 0,38 persen menjadi 1,0615 dolar, sementara indeks dolar turun 0,258 persen.
Pasar mata uang dan pasar lainnya secara luas lebih tenang pada hari Kamis (16/3) setelah Credit Suisse mengatakan bahwa pihaknya akan meminjam hingga 54 miliar dolar AS dari Bank Sentral Swiss untuk menopang likuiditas dan kepercayaan investor.
Saham Credit Suisse telah jatuh sebanyak 30 persen pada hari Rabu (15/3).
Stabilitas itu juga membantu franc Swiss menguat, dan dolar pada satu titik turun lebih dari 1,0 persen terhadap franc menjadi 0,9232, membalikkan beberapa lonjakan 2,15 persen sehari sebelumnya, kenaikan harian terbesar sejak 2015.
Di tempat lain, safe-haven yen Jepang tetap disukai bahkan saat pasar sedikit tenang. Yen Jepang melemah 0,04 persen menjadi 133,47 per dolar karena mata uang AS tergelincir lebih jauh dari level tertinggi hampir tiga bulan di 137,91 yang dicapai pada tanggal 8 Maret.
Sterling terakhir diperdagangkan menguat 0,46 persen pada 1,212 dolar.
Baca juga: Dolar menguat, Credit Suisse picu kekhawatiran lebih luas
Baca juga: Dolar turun tipis ketika data inflasi AS timbulkan kebingungan Fed
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: D.Dj. Kliwantoro