Banjarmasin (ANTARA) - Dinas Pendidikan Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan menyatakan, sebesar 70 persen dekolah tingkat dasar (SD) di kota ini siap melaksanakan Pendidikan Tatap Muka (PTM) di tahun ajaran baru atau 2021/2022.
Menurut Kabid Bina SD Disdik Kota Banjarmasin Nuryadi di Banjarmasin, Selasa, tahun ajaran baru 2021/2022 menjadi tantangan bagi dunia pendidikan untuk melaksanakan kegiatan belajar dan mengajar secara normal baru, yakni, PTM pada bulan Juli 2021.
Menurut dia, hasil simulasi kelas 6 SD kemarin untuk pelaksanaan ujian akhir sekolah secara PTM dapat dengan baik dilaksanakan dengan protokol kesehatan COVID-19 yang ketat.
"Intinya sekolah di daerah kita rata-rata sudah siap PTM, menurut Surat Keputusan Bersama (SKB) mentri tetap pada persetujuan pemerintah daerah masing-masing," tuturnya.
Dikatakan Nuryadi, Disdik Banjarmasin akan menunggu keputusan pemerintah kota dalam memutuskan pelaksanaan pembelajaran pada tahun ajaran baru tersebut.
"Tentunya melihat perkembangan pandemi COVID-19 ini bagaimana nantinya," papar Nuryadi.
Sebagaimana diketahui, ujar dia, jumlah SDN Negeri di kota ini pada lima kecamatan sebanyak 208 sekolah, sementara yang swasta sebanyak 48 sekolah, hingga totalnya sebanyak 256 sekolah.
"Sebesar 70 persen sekolah SD di kota ini sudah siap melaksanakan PTM dengan pengawasan protokol kesehatan yang ketat," paparnya.
Sebelumnya, Kepala Dinas Pendidikkan Kota Banjarmasin Totok Agus Daryanto mengatakan, skenario PTM di tahun ajaran 2021-2022 di di Banjarmasin saat ini sudah mulai dipersiapkan dengan matang oleh sejumlah sekolah.
Sebelumnya, beberapa sekolah juga telah melakukan simulasi PTM. Begitu juga para dewan guru sudah divaksin COVID-19.
"Memang sudah diwajibkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI, skenario ini diajukan karena melihat matangnya persiapan yang dilakukan oleh pihak sekolah," ujarnya.
Meski demikian, pihaknya tetap memberikan fasilitas pembelajaran secara daring bagi siswa.
Mengingat masih ada beberapa orangtua siswa yang tidak menyetujui adanya PTM, karena khawatir tertular virus corona.
"Bagi orangtua yang tidak setuju, konsekuensinya mau tidak mau harus ikut pembelajaran secara daring," ujarnya.