Banjarmasin, (Antaranews Kalsel) - Badan Pusat Statistik Kalimantan Selatan mengungkapkan, kalau beberapa bulan sebelumnya tingkat inflasi di provinsi yang terdiri atas 13 kabupaten/kota tersebut mengalami penurunan, tapi pada September 2014 naik.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kalimantan Selatan (Kalsel) Dyan Pramono Effendy di Banjarmasin, Rabu menerangkan, tingkat inflasi di provinsinya September 2013 sebesar 0,30 persen atau naik dibandingkan bulan-bulan sebelumnya (Agustus dan Juli 2014).
Sementara tingkat inflasi di Kalsel Agustus 2014 sebesar 0,01 persen atau turun 0,67 persen dibandingkan Juli 2014, dan pada Juli 2014 tingkat inflasi 0,68 persen atau turun 0,81 persen dibandingkan Juni 2014, dan Juni 2014 turun 0,19 persen dibandingkan Mei 2014.
"Tingkat inflasi September 2014 di Kalsel tersebut gabungan dari inflasi di Kota Banjarmasin (ibu kota provinsi) 0,18 persen dan kota Tanjung, ibu kota Kabupaten Tabalong yang mengalami inflasi 0,42 persen," ungkapnya.
Sedangkan laju inflasi kumulatif di Kalsel (September 2014 terhadap Desember 2013) 3,43 persen bulan sebelumnya 3,23 persen, dan laju inflasi "year on year" (y-o-y) di provinsi tersebut tercatat 4,80 persen, sebelumnya 4,14 persen.
Khusus di Banjarmasin yang mandapat julukan kota seribu sungai, laju inflasi kumulatif tahun 2014 sebesar 3,34 persen, sebelumnya 3,15 persen, dan laju inflasi "y-o-y" 4,67 persen, sebelumnya 3,93 persen.
Komoditas yang mengalami kenaikan harga dengan andil inflasi tertinggi di Banjarmasin pada September 2014 antara lain bahan bakar rumah tangga, sop, sekolah menengah atas, ikan paten, kue kering berminyak, martabak, dan minyak goreng.
Sedangkan yang mengalami penurunan harga dengan andil deflasi tertinggi antara lain semangka, bawang merah, angkutan udara, udang basah, daging ayam ras, ikan gabus (iwak haruan), baju muslim, ikan layang/benggol, tomat sayur, serta cabai merah.
Di Kota Banjarmasin dari tujuh kelompok pengeluaran, empat di antaranya mengalami kenaikan indeks harga yaitu kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,90 persen (sebelumnya 0,64 persen), perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,54 persen (sebelumnya 0,73 persen).
Kemudian kelompok kesehatan sebesar 0,11 persen (sebelumnya 5,54 persen), serta pendidikan, rekreasi dan olahraga 1,34 perseb (sebelumnya 1,08 persen), ungkapnya dalam jumpa pers di Kantor BPS Kalsel, Jalan KS Tubun (Pekauman) Banjarmasin.
Tiga kelompok lain yang mengalami penurunan indeks harga yaitu kelompok bahan makanan sebesar 0,79 persen (sebelumnya 0,59 persen), kelompok sandang 0,25 persen (sebelumnya 0,18 persen), serta kelompok transportasi, komunikasi & olahraga 0,40 persen (sebelumnya 2,98 persen).
Khusus di "kota minyak" Tanjung (236 km utara Banjarmasin) lanju inflasi komulatif tahun 2014 (September 2014 terhadap Desember 2013) sebesar 4,75 persen (sebelumnya 4,31 persen), dan laju inflasi y-o-y 6,54 persen (sebelumnya 6,67 persen).
Komoditi yang mengalami kenaikan harga dengan andil teringgi di kota minyak itu selama Septemeber 2014 antara lain kacang panjang, daging ayam ras, beras, kontrak rumah, akademi/perguruan tinggi, tomat sayur, es, dan bahan bakar rumah tangga.
Sedangkan komoditi yang mengalami penurunan harga dengan andil deflasi tertinggi antara lain bayam, bawang merah, haruan, semangka, ikan sepat siam, daging ayam kampung, anggur, ikan layang/benggol, ikan papuyu (sejenis betok), dan ikan nila.
Dari 82 kota yang menghitung indeks harga konsumen, 64 di antaranya mengalami inflasi dan 18 kota deflasi, dengan inflasi tertinggi di Kota Pangkal Pinang, Provinsi Bangka Belitung 1,29 persen dan terendah di Kota Gorontalo, Provinsi Gorontalo 0,03 persen.
Sedangkan pada September 2014, deflasi tertinggi di kota Tual Maluku Tenggara sebesar 0,89 persen dan terendah di kota Kudus, Jawa Tengah 0,03 persen.
 Sebelumnya Agustus 2014 dari 82 kota di Indonesia yang menghitung indeks harga konsumen 66 di antaranya inflasi dan 16 kota alami deflasi, untuk tingkat inflasi tertinggi kota Tanjung Pandan, Bangka Belitung 1,98 persen dam terendah di Kota Banjarmasin 0,02 persen. Â