Los Angeles (ANTARA) - Mantan Wakil Presiden Amerika Serikat Joe Biden menuding Presiden Donald Trump memicu supremasi kulit putih yang disalahkan atas sejumlah penembakan massal di AS, menurut pidato Biden yang akan disampaikan pada Rabu.
Politikus Partai Demokrat tersebut direncanakan menyampaikan pidato di Iowa pascaserentetan penembakan massal akhir pekan ini di AS. Dalam insiden pertama pada Sabtu, seorang pria bersenjata menewaskan 22 orang di Kota El Paso, Texas, di perbatasan dengan Meksiko. Badan penegak hukum menyebutkan ia tampaknya termotivasi oleh kebencian terhadap kaum Hispanik.
Sementara itu penembakan massal kedua, seorang pria yang juga bersenjata di Dahyton, Ohio membunuh sembilan orang, termasuk saudaranya, sebelum akhirnya ditembak mati oleh polisi.
Baca juga: Trump ucapkan selamat AS juarai Piala Dunia Putri
Retorika Trump, termasuk menyebut warga Amerika Tengah yang berupaya memasuki AS sebagai "invasi", dan kebijakan migrasi garis kerasnya telah membuat Trump dihujani kecaman pascapenembakan El Paso.
"Seberapa jauh perkataan Trump bahwa ini "adalah sebuah invasi" dengan pelaku penembakan El Paso yang menyatakan "serangannya sebagai respons invasi Hispanik di Texas? Tidak jauh sama sekali," seperti yang akan dikatakan oleh Biden, menurut salinan pidatonya.
"Secara bahasa dan kode jelas bahwa presiden ini mengipasi api supremasi putih di negara ini."
Ajudan Trump membantah retorikanya menjadi penyebab serentetan penembakan. Dalam pidato kenegaraan Trump mengusulkan reformasi Undang-Undang kesehatan mental, bekerja sama dengan media sosial untuk melacak kemungkinan adanya pelaku penembakan massal dan menjauhkan senjata dari orang-orang yang dianggap berpotensi melakukan kekerasan. Presiden Trump berencana mengunjungi El Paso pada Rabu.
Baca juga: Rupiah awal pekan menguat 14 poin usai pertemuan Trump dan Xi Jinping
Baca juga: Putin siap berbincang dengan Trump
Sumber: Reuters
Joe Biden: 'Lidah beracun' Trump picu penembakan massal di AS
Rabu, 7 Agustus 2019 20:04 WIB
Seberapa jauh perkataan Trump bahwa ini "adalah sebuah invasi" dengan pelaku penembakan El Paso yang menyatakan