Bagi sebagian besar masyarakat Kalimantan Selatan khususnya Kabupaten Tabalong karet telah lama menjadi komuditas utama bagi masyarakat untuk menggantungkan hidup.
Data Badan Pusat Statistik kabupaten Tabalong luas kebun karet mencapai 49.116 hektare lahan, namun rendahnya standar mutu karet yang dihasilkan menjadikan harga jual karet menjadi rendah sehingga mempengaruhi tingkat kesejahteraan petani.
Muhammad Zaini (60) salah seorang petani karet asal Desa Muara Uya Kabupaten Tabalong menjadi salah seorang yang berusaha merubah nasib para petani karet di daerahnya.
Berbekal pengetahuan dan keterampilan hasil studi banding di Palembang 2015, Zaini mulai eksis meningkatkan mutu karet dengan menggunakan bahan pembeku asap cair.
"Hasil studi banding di Palembang penggunaan asap cair bisa meningkatkan mutu karet," jelas Zaini.
Bersama Yayasan Adaro Bangun Negeri (YABN) dan dinas terkait Zaini bersama petani karet di daerahnya membentuk Unit Pengolahan dan Pemasaran Bokar (UPPB) yang diberi nama Fajar Menyingsing.
Sebagai pelaksana umum di Unit Pengolahan dan Pemasaran Bokar (UPPB) Fajar Menyingsing Zaini kini sudah membina sejumlah desa di Kabupaten Tabalong dalam penggunaan asap cair.
Lelaki yang memiliki 9 orang cucu ini mengajak para petani karet menerapkan penggunaan asap cair sebagai pengental karet yang sebelumnya terbiasa dengan pupuk urea ataupun tawas.
Perlahan tapi pasti ia terus-menerus mengajak masyarakat untuk menggunakan bahan serupa sebagai pengental karet dilingkungannya
Semula ia mengajak kerabat dan tetangganya untuk memproduksi karet berkualitas tentunya dengan kadar karet kering yang lebih baik.
Sejumlah bantuan kemudian banyak diterima oleh kelompok tersebut, mulai dari peningkatan kapasitas hingga bantuan alat pembuat asap cair dari Yayasan Adaro Bangun Negeri pada 2017.
“Bantuan alat ini sangat membantu kami dalam memprodusi asap cair," tutur Zaini.
Bahan baku kayu alaban pun cukup mudah diperoleh Zaini dan petani karet guna memproduksi asap cair sehingga biaya lebih ringan dibanding harus beli di pasaran.
Alat pembuat asap cair ini mampu memproduksi 45 liter dengan bahan baku kayu alaban sekitar 70 kilogram.
Dengan menggunakan asap cair, selain kualitas karet meningkat para petani mengakui bahwa bahan olahan karet yang disimpan tidak lengket dan berbau seperti sebelumnya, sehingga tidak mengganggu penciuman.
Dengan anggota mencapai 400 petani karet yang berasal dari 11 kelompok tani UPPB Fajar Menyingsing memproduksi 10 sampai 15 ton karet per minggunya.
Karet olahan UPPB ini dijual langsung ke pabrik tanpa perantara tengkulak, sehingga keuntungan dan hasil jual karet yang didapat oleh masyarakat lebih tinggi.
"Harganya bisa mencapai Rp11.550 per kilogeramnya karena langsung kita jual ke pabrik," jelas Zaini.
Sementara itu karet mangkokan (lump) dengan kualitas rendah saat ini harga jualnya Rp7.700 per kilogram karena tingkat kadar keringnya masih tinggi.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019
Data Badan Pusat Statistik kabupaten Tabalong luas kebun karet mencapai 49.116 hektare lahan, namun rendahnya standar mutu karet yang dihasilkan menjadikan harga jual karet menjadi rendah sehingga mempengaruhi tingkat kesejahteraan petani.
Muhammad Zaini (60) salah seorang petani karet asal Desa Muara Uya Kabupaten Tabalong menjadi salah seorang yang berusaha merubah nasib para petani karet di daerahnya.
Berbekal pengetahuan dan keterampilan hasil studi banding di Palembang 2015, Zaini mulai eksis meningkatkan mutu karet dengan menggunakan bahan pembeku asap cair.
"Hasil studi banding di Palembang penggunaan asap cair bisa meningkatkan mutu karet," jelas Zaini.
Bersama Yayasan Adaro Bangun Negeri (YABN) dan dinas terkait Zaini bersama petani karet di daerahnya membentuk Unit Pengolahan dan Pemasaran Bokar (UPPB) yang diberi nama Fajar Menyingsing.
Sebagai pelaksana umum di Unit Pengolahan dan Pemasaran Bokar (UPPB) Fajar Menyingsing Zaini kini sudah membina sejumlah desa di Kabupaten Tabalong dalam penggunaan asap cair.
Lelaki yang memiliki 9 orang cucu ini mengajak para petani karet menerapkan penggunaan asap cair sebagai pengental karet yang sebelumnya terbiasa dengan pupuk urea ataupun tawas.
Perlahan tapi pasti ia terus-menerus mengajak masyarakat untuk menggunakan bahan serupa sebagai pengental karet dilingkungannya
Semula ia mengajak kerabat dan tetangganya untuk memproduksi karet berkualitas tentunya dengan kadar karet kering yang lebih baik.
Sejumlah bantuan kemudian banyak diterima oleh kelompok tersebut, mulai dari peningkatan kapasitas hingga bantuan alat pembuat asap cair dari Yayasan Adaro Bangun Negeri pada 2017.
“Bantuan alat ini sangat membantu kami dalam memprodusi asap cair," tutur Zaini.
Bahan baku kayu alaban pun cukup mudah diperoleh Zaini dan petani karet guna memproduksi asap cair sehingga biaya lebih ringan dibanding harus beli di pasaran.
Alat pembuat asap cair ini mampu memproduksi 45 liter dengan bahan baku kayu alaban sekitar 70 kilogram.
Dengan menggunakan asap cair, selain kualitas karet meningkat para petani mengakui bahwa bahan olahan karet yang disimpan tidak lengket dan berbau seperti sebelumnya, sehingga tidak mengganggu penciuman.
Dengan anggota mencapai 400 petani karet yang berasal dari 11 kelompok tani UPPB Fajar Menyingsing memproduksi 10 sampai 15 ton karet per minggunya.
Karet olahan UPPB ini dijual langsung ke pabrik tanpa perantara tengkulak, sehingga keuntungan dan hasil jual karet yang didapat oleh masyarakat lebih tinggi.
"Harganya bisa mencapai Rp11.550 per kilogeramnya karena langsung kita jual ke pabrik," jelas Zaini.
Sementara itu karet mangkokan (lump) dengan kualitas rendah saat ini harga jualnya Rp7.700 per kilogram karena tingkat kadar keringnya masih tinggi.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019