Produksi karet di Tabalong, Kalimantan Selatan, menurun dari 37.180 ton menjadi 36.712 ton dengan produksi rata-rata per tahun hanya 1,038 ton.

Menurut kepala bina usaha, Dinas Perkebunan Tabalong, Johan, dari total luas lahan di Bumi Saraba Kawa 394.600 hektare, sekitar 14,49 persen atau 57.187 hektare merupakan perkebunan karet rakyat.

"Jika dirata-ratakan, luas garapan kebun karet per orang hanya 1,3 hektare dengan jumlah petani karet sekitar 41.460 orang atau 18,95 hektare," jelas Johan, di Tanjung, ibu kota Tabalong, Senin.

Dari produksi karet saat ini sebesar 36.712 ton dari lahan produktif seluas 35.357 hektare tersebar di 12 kecamatan.

Proporsi terbesar areal kebun karet berada di Kecamatan Muara Uya 9.047 hektare, Tanta 8.630 hektare dan Haruai 8.318 hektare.

Untuk lahan yang tidak produktif mencapai 9.199 hektare terbanyak di Kecamatan Tanta 1.358 hektare dan Muara Uya 1.237 hektare.

"Dari analisa usaha budidaya karet tiap bulannya produksinya berfluktuasi antara 15 kilogram sampai 30 kilogram per hektare per hari berupa lump," jelas Johan lagi.

Sementara itu harga karet di Tabalong juga turun dari Rp12.300 per kilogram menjadi Rp10 per kilogram, penurunan ini menurut Sunari salah satu petani asal Desa Kasiau Kecamatan Murung Pudak karena pengaruh harga karet dunia yang anjlok.

"Biasanya harga karet lokal dipengaruhi harga dunia, paling mahal mencapai Rp17 ribu per kilogram untuk jenis lump namun saat ini anjloknya hanya Rp10 ribu per kilogramnya," jelas Sunari.

Sunari merinci dengan frekuensi sadap 3 kali seminggu dan produksi rata-rata 30 kilogram per hektare, keuntungan yang diperoleh jika harga karet lump Rp8.500 per sampai Rp10 ribu per kilogram, mencapai rata-rata Rp3,6 juta per hektare per bulan. C

Pewarta:

Editor : Asmuni Kadri


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2012