Seekor anak bekantan hasil penangkaran perusahaan semen PT Indocement Tunggal Prakaras Tbk Tarjun, di Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan, mati.

"Bayi bekantan tersebut mati setelah dua hari dilahirkan," kata Manager Coorporate Social Responsibility/Cummunity Development PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Tarjun H Teguh Iman Basoeki, Minggu.

Belum diketahui secara pasti penyebab matinya bayi bekantan tersebut.

Untuk memastikan penyebab kematian bayi bekantan yang berumur sekitar dua hari itu, kata Teguh, pihaknya mengundang ahli primata dari Pusat Studi Satwa Primata (PSSP) Institut Pertanian Bogor (IPB).

"Namun hasilnya masih belum jelas, kenapa bayi bekantan itu mati setelah dua hari dilahirkan," ujarnya.

Teguh tidak menyangka, bekantan memiliki kesamaan dengan manusia, dimana ada lahir primatur dan yang lainnya.

Menghindari terganggunya penangkaran sataa langka tersebut, petugas mulai dalam memberi makan diberlakukan dengan pola prasmanan.

"Kita menyajikan bermacam-macam makanan di tempat penangkaran, dan kita akan melihat makanan yang paling disukai bekantan tersebut," imbuhnya.

Dengan pola tersebut, petugas terpaksa menyediakan biaya lebih besar khusus untuk makan bekantan, cara tersebut semata-mata agar pertumbuhan dan perkembangbiakan bekantan tidak terganggu.

Penangkaran Indocement sudah terisi sekitar tujuh ekor bekantan, dimana awalnya hanya sekitar tiga ekor.

Salah satu tujuan penangkaran jenis satwa liar yang dilindungi, bekantan (Nasalis larvatus), hewan khas Kalimantan tersebut sebagai upaya perusahaan turut mencegah kepunahan hewan yang kini keberadaannya mulai berkurang karena diburu.

Sementara itu, Bekantan atau dalam nama ilmiahnya Nasalis larvatus adalah sejenis monyet berhidung panjang dengan rambut berwarna coklat kemerahan dan merupakan satu dari dua spesies dalam genus tunggal monyet Nasalis.C

Pewarta:

Editor : Asmuni Kadri


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2012