Seperti orangtua yang lainnya, pasangan suami istri M. Saderi dan Isnawati sering termenung, mencari jalan keluar agar bisa membiayai pengobatan anaknya yang kini tengah terbaring lemas.

Anaknya itu, Dewi Yuliana (7,4), menderita jantung bocor yang kini terbaring lemas di rumahnya di Jalan Puspayedra, Pantai Hambawang Timur, Labuan Amas Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan menunggu uluran tangan dari dermawan.

Saderi menuturkan, Dewi dilahirkan dalam kondisi normal dan sehat dengan berat badan 3,2 kg.

"Namun setelah berumur dua tahun, tubuh Dewi mengalami perubahan drastis," ujarnya.

Tubuh Dewi bagian kanan, terutama kaki kanannya lumpuh tidak bisa digerakkan.

Batang betis kakinya terlihat mengecil, bibirnya nampak membiru sementara jari-jarinya tampak bengkak di bagian kuku-kukunya.

"Dewi sering sesak napas, bicaranya pun tidak jelas, dan mengalami kesulitan untuk makan dan minum," katanya.

Bahkan, Dewi hanya bisa istirahat tidur antara satu hingga tiga jam sehari.

Setiap buang air kecil dan besar ia merasa kesakitan, sehingga dibantu ibunya.

Saderi mengaku telah berusaha sekuat tenaga untuk pengobatan Dewi di RSUD H Damanhuri Barabai.

Karena terbatasnya peralatan medis di RSU Barabai, Dewi akhirnya dirujuk ke RSUD Ulin di Banjarmasin.

Meski dibantu istrinya, Pensiunan TNI AD yang terakhir bertugas di Koramil Pantai Hambawang itu merasa kurang mampu membiayai pengobatan anaknya di RSUD Ulin.

Ia menuturkan, dalam riwayat keluarga tidak terdapat anggota keluarga lainnya yang mengalami jantung bocor, dua anaknya lainnya, yaitu, Tedi (22) dan Dika (12) juga tumbuh normal.

Sementara Dewi, merupakan anak bungsu. Selain pengobatan medis, keluarga Saderi juga mengupayakan pengobatan alternatif dengan tokoh ulama setempat, namun belum menunjukkan perkembangan.

Menurut Dokter Spesialis Jantung di RSUD Ulin Banjarmasin yang merawatnya, untuk pengobatan selanjutnya Dewi seharusnya dioperasi di Jakarta dengan dua tahapan operasi.

Seiring dengan perkembangan fisiknya, lobang di jantung Dewi juga makin membesar, kendala tidak adanya biayalah yang mengakibatkan ia hingga kini belum mendapatkan penangan medis yang memadai.

Meski dalam kesehariaan Dewi tetap terlihat ceria tinggal bersama keluarganya yang menempati rumah sederhana yang berhadap-hadapan dengan MAN 4 Barabai, namun dia tetap memendam harapan akan adanya pihak yang akan memberikan uluran tangan.

Oleh dokter juga dikatakan hanya anugerah yang dapat menyelamatkan Dewi bisa sembuh tanpa operasi.

Terakhir, Dewi menjalani pengobatan selama tujuh belas hari di RSUD Ulin Banjarmasin.

Tindakan medis yang diberikan berupa pemberian infus dan obat-obatan dengan pasien umum, sehingga biaya yang harus dibayar juga lebih besar.

Bahkan pensiunan TNI AD itu pernah disarankan oleh orang lain untuk menggunakan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM).

Saderi tidak bisa mengambil keputusan atas saran orang lain untuk menggunakan SKTM agar pengobatan Dewi bisa gratis.

Masih dalam semangat keprajuritannya, Saderi bertanya pada diri sendiri, layakkah dirinya membuat SKTM, demi anaknya yang kini dalam kondisi lemah lunglai.

Ia berharap ada keajaiban dari "Sang Khaliq", agar anaknya bisa sembuh.

"Kami sangat berkeinginan untuk kesembuhan Dewi, berharap dia dapat tumbuh normal seperti anak lainnya," katanya.

Sementara harta yang dimiliki hanya berupa rumah yang ditempati bersama keluarganya.

"Kalau rumah ini kami jual beserta tanahnya tidak ada lagi tempat bernaung," katanya C

Pewarta:

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2012