Barabai, (Antaranews Kalsel) - Serbuk kopi dengan merk Tiga Kunci merupakan hasil usaha rumahan yang diproduksi oleh warga Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), Kalimantan Selatan dan telah berdiri sejak Tahun 1985 dengan mempertahankan cita rasa kopi hitam khas Kalimantan.
Generasi ketiga penerus usaha kopi Tiga Kunci H Maserani Hasan saat di datangi di rumahnya yang beralamat di Gang Tiga Kunci jalan Perintis Kemerdekaan, Kelurahan barabai darat, Kecamatan barabai, Senin (11/2/2019) menceritakan, dulu kakeknya yang bernama H Abdul Azis, pada Tahun 1982 mulai membangun pabrik kopi di samping rumah yang Dia tempati sekarang.
Menurutnya, kakeknya itu dulu pernah bekerja di sebuah pabrik kopi milik bangsa Cina dan diberitahu resep serta cara membuat serbuk kopi asli yang nikmat.
Setelah itu, bersama ayahnya yang bernama H Hasan mulai mengembangkan usaha pembuatan serbuk kopi yang biji kopinya dibeli dari petani kopi di wilayah pegunungan seperti di Kecamatan Hantakan, Batang Alai Selatan dan Batang Alai Timur.
Pemberian nama merk Tiga Kunci sendiri merupakan hasil konsultasi dari Habib Ali yang mempunyai makna sangat mendalam sebagai kunci pembuka rasa dan kenikmatan dengan bahan kopi murni "Lebih Nikmat, Lebih Sedap dan Lebih beraroma".
Diterangkannya, sejak dulu hingga sekarang pihaknya masih mempertahankan bentuk kemasan dan cara mengolahan kopi dari bijinya sampai dibuat menjadi serbuk. Kemasan kopi Tiga kunci menggunakan bungkusan pertama dengan kertas tipis agar tidak lembab dan lapisan kedua dengan plastik.
"Sampai saat ini, kita tidak pernah merubah kemasan, karena sedikit saja dirubah sempat dikatakan costomer palsu. Jadi itulah sudah ciri khas kopi tiga Kunci," kata kakek yang lahir pada bulan Agustus 1950 itu.
Diceritakannya, tahun 90 an merupakan pucak kejayaan usahanya dalam memproduksi serbuk kopi Tiga Kunci dan omsetnya pun mencapai ratusan juta per bulan. Sampai-sampai gang tempat masuk ke rumahnya sekarang dinamakan Gang Tiga Kunci.
"Karena saat itu, bahan biji kopi mudah didapatkan, belum ada kopi-kopi sachet seperti sekarang ini. Jadi masalah kopi, Tiga Kunci yang merajai di Kalimantan. Kita juga mampu menarik tenaga kerja warga sekitar mencapai ratusan orang untuk membungkus kopi," katanya kakek yang sudah punya Enam anak dan 11 cucu itu.
Dia mengungkapkan, saat ini masih tetap memproduksi kopi tiga Kunci, namun terbatas, karena sudah kesulitan memperoleh bahan baku biji kopi khususnya yang ada di Kabupaten HST. Sebagian biji kopi dipesan dari Kalimantan Timur.
"Namun, kita tetap mempertahankan cita rasa kopi khas Kalimantan, jadi bahannya masih tetap dari tanah Kalimantan bukan diambil dari daerah lain seperti Pulau Jawa, Sumatra dan lain-lain," katanya.
Diungkapkannya, dengan dibiayai oleh Pemerintah Kabupaten HST, Dia juga sering ikut pelatiahan-pelatihan pembuatan kopi hingga ke berbagai daerah dan kopi Tiga Kunci juga dipromosikan di berbagai pameran.
"Saat ini, kita memproduksi hanya sekitar Satu Ton per Bulan dan omsetnya jelas sekali sangat menurun, hanya kisaran Rp. 5 juta ke atas, namun kita tidak pernah kehilangan pasar, seberapa banyak pun memproduksi selalu dapat orderan dari berbagai comtomer di Kalimantan," katanya.
Menurutnya, kesulitan utama kenapa mengurangi produksi adalah karena kesulitan mendapatkan bahan biji kopi asli yang di tanam di tanah Kalimantan dan harganya pun sudah sangat tinggi dengan kisaran Rp 28 Ribu per kilonya, sedangkan pihanya tidak bisa menaikan harga penjualan bubuk kopi.
"Satu kemasan besar serbuk kopi Tiga Kunci yang berisi 200 gram dijual dengan harga Rp. 2.500 sedangkan kemasan kecil sekali atau dua kali seduh yang isinya 10 pak hanya Rp. 1250," katanya.
Dia mengatakan, kopi Tiga Kunci memang produksinya saat ini sudah sangat menurun, namun masih tetap ada di hati penikmat kopi di Kalimantan, karena cita rasa yang berbeda dan masih tetap mempertahankan kualitas kopi asli.
Kopi Tiga Kunci Barabai sati ini masih diproduksi dan diteruskan oleh H Maserani Hasan bersama Dua saudaranya yang dibantu oleh anak dan cucunya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019
Generasi ketiga penerus usaha kopi Tiga Kunci H Maserani Hasan saat di datangi di rumahnya yang beralamat di Gang Tiga Kunci jalan Perintis Kemerdekaan, Kelurahan barabai darat, Kecamatan barabai, Senin (11/2/2019) menceritakan, dulu kakeknya yang bernama H Abdul Azis, pada Tahun 1982 mulai membangun pabrik kopi di samping rumah yang Dia tempati sekarang.
Menurutnya, kakeknya itu dulu pernah bekerja di sebuah pabrik kopi milik bangsa Cina dan diberitahu resep serta cara membuat serbuk kopi asli yang nikmat.
Setelah itu, bersama ayahnya yang bernama H Hasan mulai mengembangkan usaha pembuatan serbuk kopi yang biji kopinya dibeli dari petani kopi di wilayah pegunungan seperti di Kecamatan Hantakan, Batang Alai Selatan dan Batang Alai Timur.
Pemberian nama merk Tiga Kunci sendiri merupakan hasil konsultasi dari Habib Ali yang mempunyai makna sangat mendalam sebagai kunci pembuka rasa dan kenikmatan dengan bahan kopi murni "Lebih Nikmat, Lebih Sedap dan Lebih beraroma".
Diterangkannya, sejak dulu hingga sekarang pihaknya masih mempertahankan bentuk kemasan dan cara mengolahan kopi dari bijinya sampai dibuat menjadi serbuk. Kemasan kopi Tiga kunci menggunakan bungkusan pertama dengan kertas tipis agar tidak lembab dan lapisan kedua dengan plastik.
"Sampai saat ini, kita tidak pernah merubah kemasan, karena sedikit saja dirubah sempat dikatakan costomer palsu. Jadi itulah sudah ciri khas kopi tiga Kunci," kata kakek yang lahir pada bulan Agustus 1950 itu.
Diceritakannya, tahun 90 an merupakan pucak kejayaan usahanya dalam memproduksi serbuk kopi Tiga Kunci dan omsetnya pun mencapai ratusan juta per bulan. Sampai-sampai gang tempat masuk ke rumahnya sekarang dinamakan Gang Tiga Kunci.
"Karena saat itu, bahan biji kopi mudah didapatkan, belum ada kopi-kopi sachet seperti sekarang ini. Jadi masalah kopi, Tiga Kunci yang merajai di Kalimantan. Kita juga mampu menarik tenaga kerja warga sekitar mencapai ratusan orang untuk membungkus kopi," katanya kakek yang sudah punya Enam anak dan 11 cucu itu.
Dia mengungkapkan, saat ini masih tetap memproduksi kopi tiga Kunci, namun terbatas, karena sudah kesulitan memperoleh bahan baku biji kopi khususnya yang ada di Kabupaten HST. Sebagian biji kopi dipesan dari Kalimantan Timur.
"Namun, kita tetap mempertahankan cita rasa kopi khas Kalimantan, jadi bahannya masih tetap dari tanah Kalimantan bukan diambil dari daerah lain seperti Pulau Jawa, Sumatra dan lain-lain," katanya.
Diungkapkannya, dengan dibiayai oleh Pemerintah Kabupaten HST, Dia juga sering ikut pelatiahan-pelatihan pembuatan kopi hingga ke berbagai daerah dan kopi Tiga Kunci juga dipromosikan di berbagai pameran.
"Saat ini, kita memproduksi hanya sekitar Satu Ton per Bulan dan omsetnya jelas sekali sangat menurun, hanya kisaran Rp. 5 juta ke atas, namun kita tidak pernah kehilangan pasar, seberapa banyak pun memproduksi selalu dapat orderan dari berbagai comtomer di Kalimantan," katanya.
Menurutnya, kesulitan utama kenapa mengurangi produksi adalah karena kesulitan mendapatkan bahan biji kopi asli yang di tanam di tanah Kalimantan dan harganya pun sudah sangat tinggi dengan kisaran Rp 28 Ribu per kilonya, sedangkan pihanya tidak bisa menaikan harga penjualan bubuk kopi.
"Satu kemasan besar serbuk kopi Tiga Kunci yang berisi 200 gram dijual dengan harga Rp. 2.500 sedangkan kemasan kecil sekali atau dua kali seduh yang isinya 10 pak hanya Rp. 1250," katanya.
Dia mengatakan, kopi Tiga Kunci memang produksinya saat ini sudah sangat menurun, namun masih tetap ada di hati penikmat kopi di Kalimantan, karena cita rasa yang berbeda dan masih tetap mempertahankan kualitas kopi asli.
Kopi Tiga Kunci Barabai sati ini masih diproduksi dan diteruskan oleh H Maserani Hasan bersama Dua saudaranya yang dibantu oleh anak dan cucunya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019