Banjarmasin (Antaranews Kalsel) - Kalangan petani rambutan di kawasan Sungai Andai, Kelurahan Sungai Andai, Banjarmasin Utara, dan desa tetangganya Terantang, Kabupaten Barito Kuala, mengharapkan agar mereka memperoleh pembinaan dari pemerintah.
Menurut beberapa petani, sejak awal mereka menanam sampai sekarang hampir puluhan tahun berlalu tidak pernah memperoleh bimbingan tentang bagaimana berkebun rambutan yang baik, sehingga keahlian menanam rambutan hanya sebatas pengetahuan dari turun temurun.
Dengan kondisi perkebunan yang demikian sering kali pohon rambutan meranggas, dan menghasilkan buah hanya sedikit dan tidak lebat sebagaimana yang diharapkan.
Selain itu, saat panen bersamaan dengan pekebun lainnya biasanya harga rambutan sangat murah. Tidak memadai hasilnya dibandingkan dengan pemeliharaan yang mereka lakukan bertahun-tahun.
"Sekarang harga rambutan di lokasi kebun hanya Rp600 per ikat isi sepuluh biji. Bayangkan murahnya, padahal kami berharap harganya bisa membaik," kata seorang nenek pekebun rambutan.
Beberapa petani rambutan setempat berharap pemerintah bisa membimbing mereka cara berkebun lalu membinanya ke arah perkebunan yang lebih baik.
Selain itu, mereka berharap ada investor yang membuat pabrik kalengan buah rambutan sebagai penampung produksi setempat agar harganya tak anjlok.
Sungai lulut
Kebun rambutan wilayah Kota Banjarmasin, selain di Sungai Andai dan Terantang, juga ada di Sungai Gampa, tapi yang terluas di wilayah Sungai Lulut.
Pemerintah Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, akan menjadikan kawasan Desa Sungai Lulut di pinggiran kota tersebut sebagai zona perkebunan rambutan garuda (Nephelium lappaceum).
Dijadikannya kawasan Sungai Lulut zona (sentra) kebun rambutan garuda karena perkebunannya sudah ada turun temurun.
Rambutan garuda (Nephelium lappaceum) mempunyai keunggulan dibandingkan jenis rambutan lainnya dan merupakann rambutan khas lokal.
Selain rasanya yang manis, buah rambutang garuda yang besar (50,40 Gram per buah), daging buah yang tebal (0,65 cm), berbiji kecil (2,45 gram), dan sangat ngelotok.
Melihat keunggulan rambutan garuda tersebutlah, Pemkot Banjarmasin meminta warga terus melestarikan kebun rambutan tersebut.
Pemkot Banjarmasin berharap petani menjalin kerja sama dalam mewujudkan zona rambutan Garuda di Sungai Lulut dalam menjaga plasma nutfah untuk pelestarian tanaman langka buah Kalsel itu.
Diharapkan dalam pembudidayaannya menggunakan sistem polikultur yaitu di sela-sela tanaman rambutan disemai bibit ikan haruan (gabus) karena ke depan direncanakan ada pembangunan pabrik pengolahan ikan haruan di wilayah ini, sehingga memerlukan bahan baku ikan tersebut.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019