Banjarmasin, (Antaranews Kalsel) - Bank Indonesia Kalimantan Selatan berpendapat, pemerintahan di Kalsel perlu segera mencari sumber-sumber baru untuk menopang pertumbuhan ekonomi daerah.

Seorang pejabat BI Kalsel Muhamad Shiroth di Banjarmasin, Jumat mengatakan, sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru perlu segera ditemukan karena perlambatan sektor-sektor ekonomi utama berpengaruh pada ekonomi secara keseluruhan.

Pada triwulan II-2018, misalnya, perekonomian Kalimantan Selatan tumbuh melambat menjadi 4,64 persen dari 5,67 persen pada triwulan sebelumnya.

Perlambatan ini terutama bersumber dari sektor pertambangan terkait ekspor batu bara yang kembali melemah.

Ketergantungan perekonomian Kalsel pada sektor tertentu, khususnya pertambangan, masih sangat tinggi.

Perubahan harga batu bara, kata dia, dan pelemahan permintaan global secara langsung mempengaruhi kinerja pertumbuhan ekonomi Kalsel.

Hal ini menyebabkan kerentanan perekonomian Kalsel dalam jangka menengah-panjang, apabila tidak terdapat upaya khusus untuk mendorong munculnya sumber pertumbuhan ekonomi baru.

Selain tantangan struktural perekonomian, tambah dia, Kalimantan Selatan juga menghadapi tantangan disrupsi ekonomi digital dan revolusi industri 4.0.

"Tantangan ini kami harapkan tidak dipandang sebagai ancaman, namun dapat ditangkap sebagai peluang," katanya.

Hal ini juga, tambah dia, dapat sejalan dengan upaya reformasi struktural yang dicanangkan Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan dalam mendorong potensi ekonomi baru.

Isu disrupsi perlu disikapi dengan paradigma positif yaitu (1) perubahan besar akan mendatangkan peluang baru, jika ditangkap dengan cara yang tepat dan (2) disrupsi akan menciptakan dua jenis pasar baru dalam perekonomian (low-end market dan new market).

Disrupsi didefinisikan hal tercabut dari akarnya. Jika diartikan dalam kehidupan sehari-hari, disrupsi adalah sedang terjadi perubahan yang fundamental atau mendasar.

Satu di antara yang membuat terjadi perubahan yang mendasar adalah evolusi teknologi yang menyasar sebuah celah kehidupan manusia.

Selain itu awal 2018 menjadi momentum semakin mengemukanya zaman revolusi industri 4.0 yang ditandai dengan sistem "cyber-physical".

Menurut Shiroth, saat ini industri mulai menyentuh dunia virtual, berbentuk konektivitas manusia, mesin dan data, dan ada di mana-mana. Istilah ini dikenal dengan internet of things

Peta ekonomi dan proses bisnis berubah dalam beberapa tahun terakhir.

Sebelumnya, pada Seminar Ekonomi dan Bisnis dengan tema, ?Era Disrupsi Ekonomi Digital dan Revolusi Industri 4.0?

Selain itu, Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota se-Kalimantan serta Pimpinan Instansi Pemerintah Daerah dan Instansi Vertikal, Pimpinan Perbankan, Pimpinan Dunia Usaha, Akademisi, Tokoh Masyarakat dan Insan Media.

Empat narasumber dihadirkan dalam seminar ini, di antaranya Dedi Budiman Hakim, Ekonom Institut Pertanian Bogor, kedua Alief Rezza, Ekonom Worldbank.

Kemudian, Moko Nugroho, Kepala Tim Pusat Pengembangan dan Penelitian Kementerian Perindustrian, keempat Panji Wasmana, Technical Leader IBM Indonesia kemudian moderator oleh Frisca Clarissa Almira, news anchor KompasTV.




 

Pewarta: Ulul Maskuriah

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2018