Muaro Jambi (Antaranews Kalsel) - Keistimewaan nanas tangkit selain rasa manis adalah kemampuan adaptasinya di lahan gambut, dan perbaikan teknik budidaya dan pemasaran yang tepat akan meningkatkan kualitas dan nilai jual.
Salah satu perbaikan teknologi budidaya yang diterapkan oleh peneliti dari BPTP Jambi melalui kegiatan Bioindustri Nanas-Sapi adalah pengaturan jarak tanam untuk meningkatkan produktivitas, yaitu ‘Legowo 3:1’ (jarak antar baris 80 cm dan terdapat 3 tanaman pada masing-masing baris).
Kegiatan ini berlokasi di sentra nanas Provinsi Jambi, yaitu Desa Tangkit Baru, Kecamatan Sungai Gelam, Kabupaten Muaro Jambi yang merupakan lahan gambut.
Kegiatan Bioindustri Nanas-Sapi dimulai sejak tahun 2015.
Baca juga: TTP Geragai Jambi menuju pusat bisnis, edukasi, dan riset
Beberapa teknologi budidaya yang diterapkan melalui demplot seluas 0.25 Ha ini adalah pengaturan jarak tanam legowo 3:1, pemupukan dan pemangkasan tunas samping. Adopsi teknologi budidaya oleh petani cukup baik, terlihat dari penanaman nanas di lahan baru telah mengikuti jarak tanam yang dianjurkan tersebut.
Scaling up atau pengembangan lahan penanaman oleh petani telah tercapai seluas 0.25 ha, 5 ha dan 2 ha dari 3 petani yang telah mengadopsi teknologi.
Baca juga: Inovasi SDG Pangan Balitbangtan hadir di Gelar Pangan Nusantara 2018
Konsep Bioindustri Nanas-Sapi yang diterapkan adalah pengolahan limbah berupa kulit nanas sebagai pakan sapi dan mengolah limbah sapi menjadi kompos dan bio urine sebagai pupuk untuk tanaman nanas.
Secara umum konsep bioindustri tersebut dapat diterima oleh masyarakat, namun pendampingan secara intensif masih diperlukan sehingga pelaksanaannya lebih optimal.
Perbaikan jejaring pemasaran produk olahan nanas mutlak diperlukan agar rantai bioindustri dapat terus berjalan. Pemasaran produk olahan nanas yang baik meningkatkan motivasi petani untuk terus menjalankan rantai Bioindustri Nanas-Sapi.
Baca juga: Menyusuri rawa lebak, menggapai potensi dua kali tanam
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2018
Salah satu perbaikan teknologi budidaya yang diterapkan oleh peneliti dari BPTP Jambi melalui kegiatan Bioindustri Nanas-Sapi adalah pengaturan jarak tanam untuk meningkatkan produktivitas, yaitu ‘Legowo 3:1’ (jarak antar baris 80 cm dan terdapat 3 tanaman pada masing-masing baris).
Kegiatan ini berlokasi di sentra nanas Provinsi Jambi, yaitu Desa Tangkit Baru, Kecamatan Sungai Gelam, Kabupaten Muaro Jambi yang merupakan lahan gambut.
Kegiatan Bioindustri Nanas-Sapi dimulai sejak tahun 2015.
Baca juga: TTP Geragai Jambi menuju pusat bisnis, edukasi, dan riset
Beberapa teknologi budidaya yang diterapkan melalui demplot seluas 0.25 Ha ini adalah pengaturan jarak tanam legowo 3:1, pemupukan dan pemangkasan tunas samping. Adopsi teknologi budidaya oleh petani cukup baik, terlihat dari penanaman nanas di lahan baru telah mengikuti jarak tanam yang dianjurkan tersebut.
Scaling up atau pengembangan lahan penanaman oleh petani telah tercapai seluas 0.25 ha, 5 ha dan 2 ha dari 3 petani yang telah mengadopsi teknologi.
Baca juga: Inovasi SDG Pangan Balitbangtan hadir di Gelar Pangan Nusantara 2018
Konsep Bioindustri Nanas-Sapi yang diterapkan adalah pengolahan limbah berupa kulit nanas sebagai pakan sapi dan mengolah limbah sapi menjadi kompos dan bio urine sebagai pupuk untuk tanaman nanas.
Secara umum konsep bioindustri tersebut dapat diterima oleh masyarakat, namun pendampingan secara intensif masih diperlukan sehingga pelaksanaannya lebih optimal.
Perbaikan jejaring pemasaran produk olahan nanas mutlak diperlukan agar rantai bioindustri dapat terus berjalan. Pemasaran produk olahan nanas yang baik meningkatkan motivasi petani untuk terus menjalankan rantai Bioindustri Nanas-Sapi.
Baca juga: Menyusuri rawa lebak, menggapai potensi dua kali tanam
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2018