Jakarta (Antara News) – Wilayah Indonesia yang luas memerlukan peran serta semua pihak untuk mewujudkan pembangunan merata, tak hanya pemerintah.
“Itulah sebabnya kita perlu adanya partisipasi masyarakat,” kata tokoh senior lingkungan hidup Indonesia, Prof DR Emil Salim kepada Antara, Rabu (4/7).
Emil menambahkan salah satu program yang menyuguhkan kehebatan-kehebatan masyarakat Indonesia dalam melakukan pembangunan adalah apresiasi SATU Indonesia Awards 2018 yang diinisiasi oleh PT Astra International Tbk. “Mereka melakukan semua itu dengan sukarela, tergerak dengan semangat membangun, tanpa diminta,” tutur penerima penghargaan The Leader for the Living Planet Award dari World Wide Fund (WWF), suatu lembaga konservasi dunia.
Emil yang juga menjadi dewan juri SATU Indonesia Awards 2018 ini mencontohkan, tahun lalu dirinya pernah bertemu dengan salah satu peserta perempuan SATU Indonesia Awards dari Maluku. Dia rela hijrah ke Papua demi mengajar para perempuan di sana.
Namun sayang, bagi masyarakat lokal di sana “belajar” bukanlah sesuatu yang normal. “Akhirnya si perempuan ini dilempar pakai batu hingga kepalanya berdarah. Ternyata dia tidak menyerah, setelah sembuh ia kembali mengajar untuk perempuan di Papua. Ini luar biasa,” ujarnya.
Lain lagi dengan cerita seorang peserta yang menyulap lahan kosong menjadi taman bacaan. Cara itu ternyata cukup menarik perhatian anak-anak di sekitar kampung itu untuk berkumpul di taman bacaan. Setelah ramai, si pendiri taman bacaan itu pun langsung mengajarkan anak-anak tersebut membaca dan menulis.
Cerita lain datang dari daerah Keerom di Papua. Menurut Emil, daerah tersebut cukup terpencil. Di sana tak ada fasilitas kesehatan. Melihat hal ini, seorang tenaga kesehatan tergerak untuk mengobati masyarakat yang sakit. Setiap hari ia harus berjalan berkilo-kilo jauhnya sambil memanggul alat-alat kesehatan.
“Ia tak perlu kantor. Kantornya adalah kakinya, yang membawanya berjalan ke orang-orang yang memerlukan. Sungguh mulia apa yang ia lakukan,” kata penerima anugerah Blue Planet Prize pada tahun 2006 dari The Asahi Glass Foundation itu.
Cerita dari inisiatif mulia dari orang-orang tersebut, kata Emil, jarang dipublikasikan. Mereka banyak bekerja dalam sunyi. Lalu bagaimana agar masyarakat kita menjadi tahu tentang kehadiran dan apa yang sudah dilakukan oleh orang-orang ini untuk masyarakat? SATU Indonesia Awards jawabannya.
"Apresiasi itu mampu mengangkat orang-orang yang mempunyai rasa kemanusiaan dan bekerja untuk membangun negeri ini,” kata Emil yang bersama tokoh lain mendirikan Yayasan Keanekaragaman Hayati (KEHATI).
Dari ajang ini pula Emil mengaku bahwa orang Indonesia itu dalam kondisi sulit dan berada di tempat terpencil, mereka tetap menjadi pejuang, pejuang untuk kemanusiaan.
SATU Indonesia Awards 2018 merupakan acara penghargaan yang ditujukan untuk orang-orang inspiratif di bidang pendidikan, lingkungan, kewirausahaan, kesehatan, dan teknologi.
Syarat peserta SATU Indonesia Awards 2018 antara lain:
1. Mempunyai aktivitas yang bermanfaat untuk masyarakat sekitar di bidang: kesehatan, pendidikan, lingkungan, wirausaha, dan teknologi.
2. Pria atau Wanita berusia maksimal 35 tahun.
3. Individu atau kelompok (minimal 3 orang).
4. Kegiatan harus orisinal.
5. Kegiatan telah berlangsung minimal 1 tahun.
6. Belum pernah menerima penghargaan nasional/internasional.
7. Bukan karyawan grup Astra.
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang program SATU Indonesia Awards 2018, silakan kunjungi website www.satu-indonesia.com .
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2018
“Itulah sebabnya kita perlu adanya partisipasi masyarakat,” kata tokoh senior lingkungan hidup Indonesia, Prof DR Emil Salim kepada Antara, Rabu (4/7).
Emil menambahkan salah satu program yang menyuguhkan kehebatan-kehebatan masyarakat Indonesia dalam melakukan pembangunan adalah apresiasi SATU Indonesia Awards 2018 yang diinisiasi oleh PT Astra International Tbk. “Mereka melakukan semua itu dengan sukarela, tergerak dengan semangat membangun, tanpa diminta,” tutur penerima penghargaan The Leader for the Living Planet Award dari World Wide Fund (WWF), suatu lembaga konservasi dunia.
Emil yang juga menjadi dewan juri SATU Indonesia Awards 2018 ini mencontohkan, tahun lalu dirinya pernah bertemu dengan salah satu peserta perempuan SATU Indonesia Awards dari Maluku. Dia rela hijrah ke Papua demi mengajar para perempuan di sana.
Namun sayang, bagi masyarakat lokal di sana “belajar” bukanlah sesuatu yang normal. “Akhirnya si perempuan ini dilempar pakai batu hingga kepalanya berdarah. Ternyata dia tidak menyerah, setelah sembuh ia kembali mengajar untuk perempuan di Papua. Ini luar biasa,” ujarnya.
Lain lagi dengan cerita seorang peserta yang menyulap lahan kosong menjadi taman bacaan. Cara itu ternyata cukup menarik perhatian anak-anak di sekitar kampung itu untuk berkumpul di taman bacaan. Setelah ramai, si pendiri taman bacaan itu pun langsung mengajarkan anak-anak tersebut membaca dan menulis.
Cerita lain datang dari daerah Keerom di Papua. Menurut Emil, daerah tersebut cukup terpencil. Di sana tak ada fasilitas kesehatan. Melihat hal ini, seorang tenaga kesehatan tergerak untuk mengobati masyarakat yang sakit. Setiap hari ia harus berjalan berkilo-kilo jauhnya sambil memanggul alat-alat kesehatan.
“Ia tak perlu kantor. Kantornya adalah kakinya, yang membawanya berjalan ke orang-orang yang memerlukan. Sungguh mulia apa yang ia lakukan,” kata penerima anugerah Blue Planet Prize pada tahun 2006 dari The Asahi Glass Foundation itu.
Cerita dari inisiatif mulia dari orang-orang tersebut, kata Emil, jarang dipublikasikan. Mereka banyak bekerja dalam sunyi. Lalu bagaimana agar masyarakat kita menjadi tahu tentang kehadiran dan apa yang sudah dilakukan oleh orang-orang ini untuk masyarakat? SATU Indonesia Awards jawabannya.
"Apresiasi itu mampu mengangkat orang-orang yang mempunyai rasa kemanusiaan dan bekerja untuk membangun negeri ini,” kata Emil yang bersama tokoh lain mendirikan Yayasan Keanekaragaman Hayati (KEHATI).
Dari ajang ini pula Emil mengaku bahwa orang Indonesia itu dalam kondisi sulit dan berada di tempat terpencil, mereka tetap menjadi pejuang, pejuang untuk kemanusiaan.
SATU Indonesia Awards 2018 merupakan acara penghargaan yang ditujukan untuk orang-orang inspiratif di bidang pendidikan, lingkungan, kewirausahaan, kesehatan, dan teknologi.
Syarat peserta SATU Indonesia Awards 2018 antara lain:
1. Mempunyai aktivitas yang bermanfaat untuk masyarakat sekitar di bidang: kesehatan, pendidikan, lingkungan, wirausaha, dan teknologi.
2. Pria atau Wanita berusia maksimal 35 tahun.
3. Individu atau kelompok (minimal 3 orang).
4. Kegiatan harus orisinal.
5. Kegiatan telah berlangsung minimal 1 tahun.
6. Belum pernah menerima penghargaan nasional/internasional.
7. Bukan karyawan grup Astra.
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang program SATU Indonesia Awards 2018, silakan kunjungi website www.satu-indonesia.com .
Editor: PR Wire
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2018