Banjarmasin (Antaranews Kalsel) - Ketua Kontak Tani dan Nelayan Andalan (KTNA) Kalimantan Selatan Muharram menyoroti keberadaan satuan tugas (Satgas) Pengamanan Pangan.


Pasalnya seiring keberadaan Satgas Pangan petani seakan terpasung, tidak berani menaikan hasil usaha mereka, karena takut terhadap tuduhan yang bukan-bukan, sebagaimana halnya warga tani Kalimantan Selatan (Kalsel), ujarnya di Banjarmasin, Selasa.

"Kalau sebelum keberadaan Satgas Pangan harga gabah jenis siam unus di Kalsel mencapai Rp80.000/blek (kaleng isi 20 liter), tetapi kini sulit menjual Rp60.000," tutur Muharram yang juga anggota Komisi II Bidang Ekonomi dan Keuangan DPRD provinsi tersebut.

Padahal beras jenis siam unus itu kualitas premium, bukan medium, sehingga wajar kalau petani menjual dengan harga tinggi dan tidak perlu dibayang-bayangi masalah hukum, lanjutnya menjawab Antara Kalsel.

"Karenanya tidak mengherankan kalau petani di daerah kita masih banyak yang menyimpan padi mereka, sebab tak ingin bermasalah hukum," tutur wakil rakyat asal daerah pemilihan Kalsel II/Kabupaten Banjar yang merupakan lumbung padi provinsi itu.

Oleh sebab itu, menurut dia, perlu pelurusan/pembetulan sepak terjang Satgas Pangan agar tidak menimbulkan kesan menakutkan bagi petani, sehingga bisa lebih mengembangkan usaha tani guna peningkatan pendapatan dan kesejahteraan mereka.

Sebagai misal melakukan pembinaan dan fokus pengawasan terhadap beras medium yang menjadi kebutuhan konsumsi orang banyak, yang rentan terjadi penyimpangan peruntukan, sehingga tidak sesuai tingkat kemampaun pendapatan atau daya beli pada umumnya.

"Kan tujuan pembangunan pertanian (termasuk usaha tani) antara lain untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani, disamping buat pemenuhan ketersediaan pangan daerah setempat dan nasional," demikian Muharram.


 

Pewarta: Sukarli

Editor : Hasan Zainuddin


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2018