Amuntai, (Antaranews Kalsel) - Dinas Pertanian Kabupaten Hulu Sungai Utara Kalimantan Selatan kesulitan mengembangbiakan Jenis Kerbau Rawa (Bubalus Bubalis) dengan cara suntik kawin.

Kepala bidang Peternakan Akhmad Rijani di Amuntai, Senin mengatakan, dibanding ternak sapi, Kerbau Rawa lebih sulit dikenali saat birahi.

"Bila sapi betina ada memperlihatkan tanda-tanda ketika ingin kawin, tapi kalau Kerbau Rawa sulit mengenalinya apalagi Kerbau Rawa kawinnya di air,".ujar Rijani.

Rijani mengatakan, akibat kesulitan melakukan suntik kawin inilah Program khusis Sapi Indukan Wajib Bunting (Upsus Siwap) untuk Ternak Kerbau Rawa belum maksimal.

Ia mengatakan, sempat tiga ekor kerbau bunting dengan cara suntik kawin tapi ketiga ekor anak kerbau  tersebut.mati akibat kurang pengawasan dari peternak.

Menurut Rijani, peternak Kerbau Rawa nampak kurang antusias dengan program suntik kawin dan lebih memilih membiarkan Kerbau Rawa kawin secara alami atau didatangkan kerbau pejantan dari luar sebagaimana program tahun-tahun sebelumnya.

Rijani menuturkan, sebelum Program Usus Siwab diluncurkan pada 2017 memang sempat dilaksanakan program  pembibitan selama tiga tahun dengan mendatangkan kerbau jantan dari luar daerah untuk pembibitan.

"Ada lima kelompok ternak yang menerima bantuan kerbau pejantan dari Kalimantan Tengah dan Nusa Tenggara Barat, namun sekarang kerbau pejantan tersebut sudah tidak ada lagi," terangnya.

Keberadaan kerbau pejantan dari luar memiliki kelemahan yakni tidak bisa berenang seperti jenis Kerbau Rawa yang ada di Kabupaten HSU sehingga perlu penyesuaian dan belajar berenang hingga beberapa minggu.

Selain itu kerbau pejantan dari luar tidak bisa bertahan lama berbaur dengan kelompok Kerbau Rawa karena terjadi persaingan pejantan, bahkan pejantan yang didatangkan dari Kalteng bisa kembali lagi kedaerah asalnya dengan menyusuri tepian sungai.

Selama dua tahun terakhir, kata Rijani, populasi Kerbau Rawa berkurang sekitar 10 persen dari jumlah terakhir di 2016 sebanyak 10.342 ekor. Kebanyakan ternak kerbau rawa ini berada di Kecamatan Paminggir.

"Akibat musim hujan yang lebih lama dalam dua tahun terakhir mengakibatkan banyak kerbau mati akibat terkena penyakit cacingan, kelelahan akibat berenang cukup jauh mencari sumber makanannya yang berkurang," kata Rijani.

Ia selalu menghimbau peternak bisa membeli obat cacing sendiri dan anti biotik karena bantuan dari Dinas Pertanian terbatas, namun banyak peternak yang tidak mengindahkan.

Sedangkan ternak sapi yang banyak diternakan di Kecamatan Banjang, Amuntai Selatan dan Sungai Pandan dengan populasi total sebanyak 641.

"Dari sebanyak 246 ekor yang menjadi sasaran program suntik kawin, sebanyak 164 ekor berhasil bunting dengan target lahir sebanyak 90 ekor, sapi yang belum bunting masih dicoba suntik kawin kembali tahun ini," katanya.

Rijani menjelaskan Program Upsus siwab merupakan Program khusus Kementerian Pertanian melalui Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan tahun 2017 dalam upaya meningkatkan populasi dan produksi ternak sapi dan kerbau.
 

Pewarta: Eddy Abdillah

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2018