Paringin, (Antaranews Kalsel) - Cairan Polylab Etanol, yang diduga menjadi penyebab hilangnya nyawa dua pelajar remaja, serta menyebabkan belasan lainnya harus mendapatkan perawatan di RSUD Kabupaten Balangan, Provinsi Kalimantan Selatan, ternyata diakui berasal dari ruang laboraturium salah satu sekolah kejuruan.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2018
Disampaikan Kapolres Balangan AKBP Moh Zamroni kepada Kantor Berita Indonesia (KBI) Antara, Selasa, mengatakan bahwa Polylab Etanol tersebut baru diketahui hilang dari Laboraturium salah satu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebanyak satu botol pada saat pemeriksaan kepolisian, pada Senin (22/1), setelah salah satu siswanya dinyatakan meninggal dunia berinisial WHY (21).
"Polylab Etanol milik sekolah tersebut berjumlah dua botol yang terbuat dari kaca, dengan isi per botol 2,5 liter etanol untuk kebutuhan praktikum pelajaran di laboraturium sekolah, namun karena tidak dipakai, sehingga selama bertahun-tahun dibiarkan di dalam dus, serta disimpan di sudut kolong meja di laboraturium, sesuai keterangan Kepala Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Balangan," ujarnya.
Dikatakannya, pihak sekolah baru mengetahui adanya Polylab Etanol yang hilang, saat pihak kepolisian melakukan pemeriksaan di ruang laboraturium sekolah.
Memang sesuai keterangan pihak sekolah lanjutnya, cairan Etanol tersebut tidak pernah dipajang, dan merupakan zat kimia yang digunakan untuk praktik laboraturium pada kelas IPA, karena disekolah tersebut tidak ada jurusan IPA, sehingga cairan Etanol itu dibiarkan tetap terbungkus rapi di dus dan dilakban, kemudian disimpan dikolong meja, disudut laboraturium.
"Saat pihak kepolisian menemukan satu botol Polylab Etanol di TKP Kecamatan Batumandi, kami mendapat informasi dari para korban bahwa cairan tersebut merupakan milik laboraturium di sebuah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri, saat diperiksa, ternyata memang ada tersisa satu botol di kolong meja, dengan isi cairan yang hanya tersisa sekitar dua jari," jelasnya.
Kepala Sekolah juga sangat menyesalkan kejadian tersebut, padahal menurutnya, pihak sekolah selalu rutin bekerja sama dengan pihak BNN Kabupaten Balangan untuk sosialisasi bahaya berbagai jenis cairan dan obat-obatan yang dikonsumsi.
Selain itu, pintu laboraturium selalu dikunci saat aktivitas sekolah selesai dan para pelajar sudah mengetahui bahwa barang-barang laboraturium terutama zat maupun cairan yang ada di sana, merupakan bahan praktikum yang jelas tidak bisa dikonsumsi, ujar Kepala Sekolah, disampaikan oleh Kapolres Balangan AKBP Moh Zamroni.
"Saat ini kami tetap fokus agar para korban yang ikut mengkonsumsi cairan tersebut agar tetap dirawat di RSUD Balangan, hingga dinyatakan aman atau sembuh oleh petugas kesehatan. Termasuk mereka yang sempat pulang atas kemauan sendiri, akan kami jemput lagi untuk tetap berada dalam pengawasan medis," tegasnya
Saat ini diamankan barang bukti berupa dua botol Polylab Etanol, dengan satu botol yang tersisa sekitar dua jari, terlihat sudah dicampur dengan minuman energy.
"Kita akan periksakan cairan tersebut ke laboraturium," pungkasnya.
Dilain pihak, Kepala Sekolah SMK Negeri 1 Paringin Suparman mengakui salah satu korban meninggal dunia adalah anak didiknya.
"Korban meninggal kedua, yaitu MN (17) merupakan anak didik kami dan kami memang mendapat informasi pada Senin (22/1) bahwa anak didiknya masuk IGD RSUD Balangan, karena sakit. Namun kami tidak mengetahui penyebabnya, serta tidak menyangka, ternyata dia meninggal begitu cepat," terangnya.
Untuk diketahui, dua remaja yang meninggal merupakan siswa dari SMK berbeda, yang ada di Kabupaten Balangan, sementara belasan korban lainnya yang masih dirawat di RSUD Balangan, merupakan para pelajar dari berbagai sekolah di wilayah Bumi Sanggam, di antaranya SMK dan SLTP.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2018