Banjarmasin, (Antaranews Kalsel) - Anggota DPRD Kalimantan Selatan mengharapkan rencana kehadiran kereta api sebagai pilihan moda transportasi di provinsi yang terdiri atas 13 kabupaten/kota itu segera terwujud.

Harapan tersebut sebagaimana Sekretaris Komisi III Bidang Pembangunan dan Infrastruktur DPRD Kalimantan Selatan (Kalsel) H Riswandi SIP kemukakan di Banjarmasin, Jumat seiring mulainya pembangunan rel kereta api (KA) itu pada 2018.

"Dengan dimulainya pembangunan rel KA, kita berharap dalam waktu tidak terlalu lama moda transportasi cepat untuk angkutan darat di Kalsel tersebut," ujar anggota DPRD tiga periode tingkat provinsi tersebut.

"Apalagi saya dengar `detail engineering design` (DED/perencanaan teknik secara rinci) sudah selesai pembuatannya," lanjut wakil rakyat asal daerah pemilihan Kalsel IV/Kabupaten Tapin, Hulu Sungai Selatan (HSS) dan Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) itu.

Ia berharap, dengan terwujudnya moda transportasi massal baru tersebut, permasalahan angkutan darat, baik berupa orang maupun barang dapat teratasi di Kalsel yang kini baru berpenduduk empat juta jiwa lebih.

"Dengan keberadaan angkutan menggunakan kereta api, tidak lagi terjadi percepatan kerusakan jalan umum/jalan raya di Kalsel yang juga baru kelas III atau kemampuan daya beban maksimum delapan ton," tutur politikus senior Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu.

Selain itu, mengurangi frekwensi kepadatan arus lalu lintas yang berdampak pada kemacetan karena ketidakseimbangan peningkatan pembangunan prasarana jalan dengan pertumbuhan kendaraan bermotor.

Sebagaimana data tahun 1990-an penambahan/peningkatan pembangunan jaringan jalan hanya sekitar 10 persen, sementara pertumbuhan/perkembangan kendaraan bermotor dalam kurun waktu yang sama mencapai 30 persen.

Oleh sebab itu, dengan keberadaan kereta api nanti bisa menjadi salah satu solusi penyelesaian permasalahan transportasi Kalsel jauh ke depan, terlebih dalam perencanaannya menghubungkan empat provinsi di Kalimantan, demikian Riswandi.

Pada kesempatan terpisah, seorang pengamat transportasi dan sejarah di Kalsel, Syamsuddin Hasan, angkutan sejenis kereta api itu pernah ada di provinsinya tersebut sejak masa Hindia Belanda atau pendudukan Jepang.

"Hal itu pada tahun 1960-an masih terlihat bentangan rel hingga Desa Mangunang (153 kilometer utara Banjarmasin) Kecamatan Labuan Amas Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), Kalsel," tutur laki-laki berusia lebih 70 tahun tersebut.

Namun rel tersebut untuk lori pengangkut batu arang atau batu bara dari usaha pertambangan Belanda "Oranje Nassau" dengan pusat produksi di Pengaron Kabupaten Banjar (sekitar 65 kilometer utara Banjarmasin.

"Berbeda dengan rencana keberadaan kereta api yang pembanungan relnya mulai 2018, mempunyai fungsi ganda, yaitu angkutan barang dan orang," demikian Syamsuddin Hasan.

Aktivitas pertambangan di Kalsel tersebut, baik oleh Oranje Nassau Belanda maupun masa pendudukan Jepang sejak 1942 - 1945 pada kawasan Pegunungan Meratus yang membujur dari utara hingga selatan.

Lintasan Meratus itu dari Kabupaten Tabalong, Balangan, HST, HSS, Tapin, Banjar, dan sedikit dataran tinggi atau perbukitan Kota Banjarbaru, kemudian Kabupaten Tanah Laut (Tala), Tanah Bumbu (Tanbu) sampai Kabupaten Kotabaru.

Pewarta: Syamsudin Hasan

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2018