Kotabaru,  (Antaranews Kalsel) - Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Paris Barantai di Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan, mengusulkan dua program studi baru yakni, Pendidikan Guru Taman Kanak-kanak dan Pendidikan Anak Usia Dini.

Direktur Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Paris Barantai Kotabaru Zulkifli AR di Kotabaru, Minggu, mengatakan apabila dua program studi (prodi) baru yang diusulkan disetujui akan menambah tiga program yang sudah ada.

"Tiga prodi yang sudah ada adalah Pendidikan Matematika, Bahasa dan Sastra Indonesia, serta Pendidikan Jasmani dan Rekreasi," kata Zulkifli usai mewisuda 125 dari tiga program studi sarjana (S1).

Selain mengusulkan dua program baru, STKIP Paris Barantai juga berencana membuka Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), mengingat masih banyak guru sekolah dasar di Kotabaru belum S1.

Zulkifli menjelaskan wisuda keenam ini diikuti sebanyak 125 orang terdiri dari 35 orang dari Pendidikan Matematika, 53 orang dari Bahasa dan Sastra Indonesia, dan 37 orang dari Pendidikan Jasmani dan Rekreasi.

Peraih predikat lulus pujian dengan penghargaan terbaik, yakni Imran Maulana dengan nilai IPK, 3,87, Yusriana 3,82, dan Hatim Al Askam, 3,81, ke tiganya dari Program Studi Matematika.

Dia mengemukakan jumlah wisudawan keenam lebih sedikit dibanding sebelumnya. Pada tahun pertama STKIP Paris Barantai mewisuda 600 orang, tahun kedua 600 dan turun menjadi 250 orang.

Sementara itu, Prof Hj Emmy Sri Mahreda dalam orasi ilmiahnya yang berjudul "Prospek dan Strategi Penelitian Untuk Publikasi Ilmiah", mengatakan potensi peneliti di berbagai perguruan tinggi, baik perguruan tinggi negeri dan perguruan tinggi swasta sangat besar di Indonesia.

Termasuk potensi karya ilmiah/artikel hasil-hasil penelitian yang potensial di diseminasikan , atau di publikasikan pada media ilmiah termasuk jurnal ilmiah, proceeding, buku dan majalah ilmiah.

Namun seperti yang dilaporkan Scientific American Survey (SAS), kontribusi tahunan Scientist dan Scholars Indonesia pada pengetahuan "knowledge", sains dan teknologi hanya 0,012 persen, jauh lebih rendah dari Singapura yang mencapai 0,017 persen.

Sangat tidak signifikan dibandingkan dengan sumbangan ilmuan US yang mencapai dari 20 persen.

Laporan pengamat lainnya menyatakan sitasi jurnal terindeks Scopus peneliti Indonesia, hanya sepertujuh dari jumlah sitasi jurnal Scopus peneliti Malaysia.

Beberapa pengamat barat menyebut upaya ilmuan Indonesia untuk ikut berkontribusi terhadap perkembangan khasanah ilmiah Dunia, diistilahkan sebagai (Lost Science In the Third World).

Pernyataan sinis tersebut karena hasil yang disumbangkan mereka tidak sampai ke mitra bestari sesame ilmuannya yang sebidang, hanya karena di tulis dalam berkala yang berjangkauan terbatas.

Pewarta: I Hanafi

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2017