Paringin, (Antaranews Kalsel) - Sayap bendungan pertanian yang disebut warga sebagai tabat durian panjang, di Desa Panggung, Kecamatan Paringin Selatan, Kabupaten Balangan, Provinsi Kalimantan Selatan, jebol.
Bendungan dengan pintu air tersebut merupakan pekerjaan milik Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) melalui Bidang Pengairan yang sebelumnya juga bermasalah usai dibangun.
Informasi yang dihimpun dari masyarakat sekitar, sebelumnya setelah bendungan dengan pintu air tersebut selesai dibangun, bendungan tersebut tidak berfungsi maksimal.
Kabid Pengairan bersama para Staff dan Konsultan juga pernah meninjau ke lokasi, Selasa (14/11) lalu, saat dilaporkan warga bahwa bendungan tersebut telah usai di bangun namun dilaporkan tidak berfungsi, karena tidak bisa mengalirkan air ke persawahan warga.
Sehingga, sekitar 60-70 lahan persawahan warga terancam tak teraliri air, akibat dasar bendungan dan mersu atau sayap bendungan kurang tinggi, terutama saluran pembuangan airnya terlalu rendah, serta siring samping kurang panjang, sehingga fungsi tampungan air juga sedikit.
Rini Mariani selaku Kabid Pengairan pernah mengatakan, bahkan berkomentar di salah satu media, jika mersu bendungannya ditinggikan salah satu pemilik lahan disamping bendungan sempat ada yang protes, karena airnya akan meluber ke lahan karetnya.
"Setelah dibicarakan dengan salah satu pemilik lahan tadi akhirnya ia setuju seperti apa baiknya, nanti akan direnovasi sesuai keinginan warga yaitu mersunya ditinggikan. Selain itu salurannya juga akan diperlebar sehingga air dengan cepat mengalir ke saluran yang sudah ada," terangnya saat itu ketika meninjau lokasi.
Hingga Jumat (1/12) belum ada pengerjaan seperti yang dimaksudkan oleh Kabid Pengairan tersebut, yaitu peninggian mersu, pelebaran saluran yang dijanjikan.
Pada Rabu, (29/11) malam, akhirnya hujan deras terjadi di Balangan, membuat siring sayap pintu air yang dinyatakan selesai sesuai dengan Rancangan Anggaran Biaya (RAB) tersebut akhirnya jebol.
Dilokasi kejadian, dari pantauan Antara bersama warga sekitar, terlihat tidak adanya pondasi yang diduga kokoh di sayap pintu air, sehingga air dengan mudah menerobos pinggiran pintu air dan menembus pula sayap belakang pintu air.
Pondasi bawah sayap pintu air itu terbuka, dan hanya terlihat kayu dan papan yang dipadati dengan pemadatan tumpukan tanah, lalu diatasnya dibeton semen.
Kemudian, pintu air sudah tidak berfungsi maksimal, dimana roda-roda pintu air itu sudah terlihat terkikis karena bergesekan ketika di lakukan buka tutup pintu air.
Fungsi roda-roda tersebut sangat penting karena digunakan untuk membuka serta menutup pintu air, agar bisa melakukan kontrol terhadap air yang terkumpul disana.
Kini masyarakat berharap, proyek senilai Rp1,1 miliar yang baru berumur mingguan tersebut segera diperbaiki dengan sebaik-baiknya, agar berfungsi layak bagi pertanian warga, demi swasembada pangan daerah bahkan nasional.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2017