Martapura, (Antaranews Kalsel) - Bupati Banjar, Kalimantan Selatan Khalilurrahman menginginkan Pangeran Hidayatullah dihargai sebagai pahlawan nasional karena hingga sekarang Sultan Banjar itu belum mendapat pengakuan pemerintah terkait status tersebut.

"Kami menginginkan Pangeran Hidayatullah menjadi pahlawan nasional karena jasa-jasanya yang sangat besar bagi Kesultanan Banjar sehingga layak mendapat gelar itu," ujar bupati di Martapura, Senin (27/11).

Sebelumnya pernyataan itu disampaikan bupati usai haul ke-113 di makam Sultan Hidayatullah Halil illah bin Pangeran Ratu Sultan Muda Abdurrahman di Bukit Joglo Desa Sawah Gede Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Sabtu (25/11).

Bupati Banjar didampingi istri Raudhatul Wardiyah dan juriat (keturunan) Sultan Banjar serta sejumlah pejabat di lingkungan Pemkab Banjar memimpin langsung haul di lokasi makam tak jauh dari permukiman masyarakat itu.

Sejumlah pejabat Pemkab Banjar yang hadir seperti Kepala Dinas Infokom Farid Soufian dan Kepala Dinas Sosial Ida Fressy, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Haris serta Pelaksana Tugas (Plt) Sekda Cianjur Aban Subandi.

Menurut bupati yang akrab disapa Guru Khalil itu, Pangeran Hidayatullah adalah seorang Sultan Banjar yang alim dan dikenal gigih melakukan perlawanan terhadap penjajahan Belanda selama masa pendudukan di Kalimantan.

Disebutkan, Pangeran Hidayatullah tidak pernah menyerah dan seperti raja lainnya, Sultan Banjar itu melakukan perlawanan sengit kepada penjajah sesuai semboyan masyarakat Suku Banjar "Waja Sampai Kaputing" (dari awal hingga akhir).

"Beliau ditangkap karena ibundanya Ratu Siti terlebih dahulu ditangkap dan diancam digantung sehingga bersedia turun gunung dari Bukit Pamaton dan kemudian langsung dibawa ke Batavia dan diasingkan di Cianjur," ujar bupati.

Selama berada di daerah pengasingan hingga wafat pada tanggal 24 November 1904 dalam usia 82 tahun, beliau aktif menyebarkan ilmu agama Islam sehingga sangat dikenal sebagai ulama oleh masyarakat Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.

Di areal pemakaman Bukit Joglo Desa Sawah Gede Kabupaten Cianjur terdapat pula makam Ibunda Pangeran Hidayatullah yakni Ratu Siti serta sejumlah pangeran dan para pengikutnya dengan jumlah makam sebanyak 76 petak.

Keturunan keempat Pangeran Hidayatulah, Pangeran Yusuf mengatakan Pangeran Hidayatullah menyerah karena ibunya disandera Belanda sehingga memilih turun gunung demi menyelamatkan nyawa ibundanya.

"Belanda mengancam, ibunya yang ditangkap akan dihukum gantung. Waktu itu pejuang Banjar yang ditangkap tidak hanya dipancung tetapi  juga dimutilasi sehingga beliau tidak ingin hal itu terjadi pada ibunya," ucap Pangeran Yusuf.

Setelah ditangkap, Pangeran Hidayatullah dibawa ke Banjarmasin dan langsung dibawa ke Batavia lalu diasingkan ke Cianjur didampingi  ibunda dan sejumlah pengikutnya yang kemudian bermukim hingga membentuk kampung Banjar.

Dikatakan Pangeran Yusuf, sebelum berperang melawan Belanda, Pangeran Hidayatullah yang lahir di Kota Martapura ibukota Kabupaten Banjar belajar kepada Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari di Desa Kelampayan, Kecamatan Astambul Kabupaten Banjar.

Selama di Cianjur, beliau menyebarkan ilmu agama dengan mendirikan pondok pesantren sehingga mendidik guru pondok sehingga ketika makam beliau hendak dipindahkan ke Banjar, masyarakat Cianjur keberatan karena sosok beliau milik warga Cianjur.

"Di sini beliau mempunyai gelar Pangeran Ulama Berjubah Kuning dengan senjata ampuh di tangan dan sudah sangat dikenal masyarakat Cianjur sehingga saat makamnya ingin dipindahkan ke Martapura, warga Cianjur keberatan," ucapnya.

Pelaksana Tugas Sekda Cianjur Aban Subandi membenarkan tidak hanya masyarakat Banjar yang memiliki beliau tetapi masyarakat di Cianjur juga memiliki dan bangga dengan kepribadian serta jasa-jasa almarhum.

"Komplek pemakaman beliau sudah dimasukkan menjadi cagar budaya dan makamnya selalu ramai diziarahi warga Cianjur maupun masyarakat  Banjar lainnya yang bermukim disini termasuk jika ada rombongan dari Kalsel khususnya," kata dia. 

Pewarta: Yose rizal

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2017