Banjarmasin, (Antaranews Kalsel) - Pusat Studi dan Konservasi Keanekaragaman Hayati Indonesia – Universitas Lambung Mangkurat ( Biodiversitas Indonesia – ULM) melalui ketuanya Amalia Rezeki, menyambut baik keberadaan Orangutan Kalsel dimasukkan ke dalam perencanaan Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Orangutan Indonesia (SRAK 2017-2023), pada acara Pertemuan Regional Orangutan Kalimantan Tengah 2017, di Palangkaraya 13-14 November 2017 lalu. 


Dengan demikian keberadaan orangutan Kalsel yang pernah dilaporkan oleh tim Biodiversitas Indonesia – ULM kepada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), melalui BKSDA Kalsel pada tahun 2014 lalu sudah mendapat respon positif, kata Amalia Rezeki kepada Antara Kalsel, Banjarmasin, Sabtu.

Bahkan, katanya,  saat ini tim dari BKSDA Kalsel dan Dishut Kalsel berada di lapangan untuk melakukan pemetaan habitat dan populasi orangutan Kalsel. Seperti diketahui Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan, telah membentuk Tim Konservasi Orangutan & Bekantan, melalui SK Gubernur No.188.44/0400/KUM/2017.

“ Kami sangat mengapresiasi dan berterimakasih atas perhatian dan tindak lanjut dalam upaya penyelamatan orangutan Kalsel, baik dari Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah Kalsel, serta Tim dari Forum Orangutan Indonesia ( FORINA ) yang dipimpin ibu Sri Suci Utami Atmoko pada tahun 2016 yang melakukan penelitian langsung terhadap keberadaan orangutan Kalsel dimana statusnya sangat kritis dan terdesak, karena habitatnya terbakar hebat di tahun 2016 lalu “, jelas Amalia Rezeki yang juga dikenal sebagai dosen muda Program Studi Pendidikan Biologi di Universitas Lambung Mangkurat.


FORINA bersama Biodiversitas Indonesia-ULM pada akhir Januari 2016 telah melakukan ground check di Kecamatan Haur Gading – Kabupaten Hulus Sungai Utara, Kalimantan Selatan. Lokasi tersebut, merupakan salah satu yang diketahui keberadaan Orangutan selain dikecamatan Amuntai Selatan dan Paminggir. “ Hasil analisis perhitungan sarang dengan menggunakan rumus line transect diperoleh hasil kepadatan rata-rata 720,41 sarang/km2. Selanjutnya hasil perhitungan kepadatan populasi diperoleh rata-rata 1,95 individu/km2. Bila di-ektrapolasi dengan luasan hutan yang masih tersisa dilokasi tersebut, maka perkiraan jumlah total orangutan yang masih ada dikawasan tersebut berkisar antara 10-15 individu”, jelas Sri Suci Utami Atmoko.

Keberadaan orangutan Kalsel ini membawa berita baik terhadap persebaran populasi orangutan di Indonesia, mengingat sebelumnya secara ilmiah di Kalsel dinyatakan tidak terdapat keberadaan habitat dan populasi orangutan. Amalia Rezeki juga berterimakasih ia dimasukan sebagai anggota di Forum Orangutan Kalimantan Tengah (FORKAH). Bahkan sempat didaulat sebagai anggota tim formatur mewakili dari peneliti untuk memilih kepengurusan FORKAH 2017-2023. Ini menunjukan, bahwa Kalsel juga termasuk dalam forum orangutan tersebut, dikarenakan terkait adanya habitat orangutan di kawasan Kalsel. “Sebagai tindak lanjut kerjasama dengan para pihak pegiat konservasi orangutan, kami merencanakan bersama forum orangutan Indonesia, pada tahun 2018 dilaksanakan kegiatan ekspose konservasi orangutan Kalsel”, tambah Amalia.

Sementara itu, Okta Simon selaku ketua FORKAH terpilih, menyambut baik, dengan penemuan keberadaan orangutan di Kalsel dan kehadiran teman-teman pegiat konservasi orangutan dari Kalsel “ Kami dari Forkah manyambut baik mendengar ditemukannya keberadaan populasi dan habitat orangutan di Kalsel. Dan kami siap  bekerjasama dengan Pemerintah daerah, Swasta, Perguruan Tinggi dan NGO untuk mendukung konservasi orangutan di Kalimantan Selatan “, ungkap Okta.

Seperti yang disampaikan dalam laporan PHVA 2016 tentang keberadaan dan pupulasi orangutan di Kalsel, walau untuk sementara di dalam laporan tersebut, populasi orangutannya di masukan ke dalam metapopulasi Kabupaten Barito Timur – Kalimantan Tengah. Untuk langkah selanjutnya Biodiversitas Indonesia, mengusulkan kepada Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan, agar kawasan tersebut dapat dijadikan Kawasan Ekosistem Esensial Bagi Konservasi Orangutan dan Bekantan di Kalimantan Selatan.

Yang juga cukup menarik, dikawasan habitat orangutan tersebut, terdapat sekitar 15 jenis mamalia lainnya yang dijumpai oleh tim dari FORINA, baik secara langsung maupun indikasi keberadaannya melalui jejak, sarang, fases maupun suara, seperti owa-owa, beruang madu, lutung merah, rusa timor dan rusa sambar. Serta ada sekitar 42 jenis burung rawa, Bangau Tontong, Belibis, Rangkong dan beo. Sementara untuk vegetasi tegakannya pada 1,24 ha plot vegetasi, teridentivikasi 28 family dengan 52 genus atau spesies, dimana 26 spesies diantaranya adalah jenis pohon pakan orangutan.

Pewarta: Hasan Zainuddin

Editor : Hasan Zainuddin


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2017