Perajin industri kapal di Desa Pulau Sewangi Kecamatan Alalak Seberang Kabupaten Barito Kuala Kalimantan Selatan terpaksa memanfaatkan kayu limbah perusahaan yang masih tersisa.


Seorang perajin kapal Pulau Sewangi Haji Salmin di Banjarmasin, Senin mengatakan, sejak beberapa tahun terakhir sebagian besar perajin kapal di desanya sulit mendapatkan bahan baku kayu untuk kapal.

Kalaupun ada, kata dia, harganya sangat mahal sehingga perajin terpaksa menaikan harga kapal dari sebelumnya Rp2 juta menjadi Rp5 juta per kapal ukuran kecil atau jukung.

Kenaikan harga kapal atau jukung tersebut, kata dia, membuat pembeli dari beberapa daerah berkurang, bahkan pada 2005-2008 tidak sedikit perajin yang berhenti memproduksi kapal.

"Sebenarnya pesanan cukup banyak, bukan hanya dari dalam provinsi tetapi juga luar provinsi bahkan luar negeri," katanya.

Namun, kata dia, karena minimnya bahan baku, terpaksa beberapa pesanan yang cukup menggiurkan tersebut terpaksa ditolak.

Beruntung, kata dia, pada 2010 pihaknya mendapatkan proyek pembuatan kapal dari Kementerian Perikanan dan Kelautan untuk diberikan kepada nelayan di Kalimantan Tengah.

Proyek pembuatan kapal yang rencananya berjumlah 24 buah tersebut dimulai sejak 2010 hingga 2014.

"Pesanan tersebut sangat menguntungkan kami karena beberapa tukang kapal yang sebelumnya tidak bekerja kini kembali bekerja," katanya.

Satu buah kapal yang biasanya bisa diselesikan selama tiga bulan tersebut, ongkos tukangnya Rp50 juta, yang dibagi dengan jumlah pembuat kapal yang rata-rata empat orang per kapal. Nilai tersebut, kata Salmin, belum termasuk harga kapalnya yang hingga kini masih dalam proses hitung-hitungan.

"Kita barharap sampai seluruh pesanan selesai dikerjakan, stok kayu masih ada sehingga bisa kita penuhi semuanya," katanya.

Salah seorang pekerja pembuatan kapal Makruf mengatakan sangat bersyukur dengan adanya proyek pengerjaan kapal tersebut karena bisa membantu perekonomian keluarga.

Hal yang sama disampaikan pekerja pembuatan kapal lainnya Anang yang berharap proyek pembuatan kapal dari kementerian tersebut bisa terus berlangsung.

Menurut dia, kini sebagian perajin kapal di desanya menganggur sehingga terpaksa beralih profesi sebagai petani maupun tukang bangunan rumah yang pekerjaannnya juga belum tentu selalu ada./B/C

Pewarta:

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2012