Kotabaru, (Antaranews Kalsel) - Biodiversitas Indonesia yang menyisir kawasan hutan Pegunungan Meratus di Provinsi Kalimantan Selatan pada ketinggian 70-170 mdpl berhasil menemukan dua jenis amphibi, dan satu jenis reptil baru.

Peneliti muda dari Pusat Studi dan Konservasi Keanekaragaman Hayati Indonesia Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin (Biodiversitas Indonesia - ULM) Zainudin, Kamis mengatakan hasil penyisiran kawasan hutan sekunder dataran rendah pada ketinggian 70-170 mdpl membawa kabar menggembirakan.

"Pasalnya dalam Projek bernama `Meratus Herfetofauna Project List` tersebut timnya berhasil menemukan dua jenis amphibi dan satu jenis reptil baru dalam list mereka," katanya.

Zainudin sebagai koordinator tim peneliti mengaku, belum berani memastikan termasuk spesies apa cicak yang diketemukannya tersebut. Mengingat Individu yang dijumpai tidak berhasil dikoleksi. Selain itu individu yang ditemukan adalah individu muda sehingga sulit untuk melakukan pengidentifikasian.

"Kami belum bisa memastikan termasuk jenis Cyrtodactylus mana individu yang berhasil kami temukan ini, apakah individu yang sudah pernah dikaji sebelumnya atau jenis baru," ujarnya.

Karena pada dasarnya identifikasi spesies harus dilakukan pada semua tingkatan usia, baik muda (juvenile) maupun individu dewasa barulah hasil identifikasi menyeluruh ini yang kita pakai untuk mengetahui spesiesnya. Bahkan kebanyakan menggunakan uji genetik dalam proses identifikasinya.

Penanggungjawab Tim Observasi dari Biodiversitas Indonesia, Ferry F. Hoesain, menambahkan yang menarik dari daftar baru hewan melata dalam listnya, adalah ditemukannya jenis baru cicak jari lengkung atau kelompok cicak dari marga Cyrtodactylus yang sebelumnya tidak pernah terdata pada wilayah riset mereka.

Dikatakan, Cyrtodactylus adalah sejenis cicak yang hidup di wilayah hutan, sebagai satwa arboreal menjadikan cicak ini sangat tergantung pada hutan. Kerusakan hutan telah menghilangkan sebagian besar habitat mereka.

Namun demikian belum banyak orang yang peduli terhadap keberadaan satwa ini, padahal cicak ini memiliki corak dan warna yang menarik dan eksotis untuk diamati.

Cyrtodactylus sendiri merupakan kelompok cicak yang paling banyak ragamnya sekitar 230 spesies. Cyrtodactylus menjadi marga terbesar dalam suku Gekkonidae. Namanya berasal dari bentuk ruas ujung jari-jarinya yang melengkung.

Berdasarkan hasil pendokumentasian jenis cicak jari lengkung tersebut mempunyai kemiripan dengan 3 spesies, yaitu Cyrtodactylus consobrinus, Cyrtodactylus baluensis, dan Cyrtodactylus malayanus terlebih dalam hal corak pada tahap juvenile.

Perubahan corak dan warna pada cicak muda saat dewasa serta tidak di dapatkannya spesimen menyebabkan identifikasi lebih lanjut tidak dapat dilakukan. Di seluruh Kalimantan setidaknya terdapat 30 jenis cicak dari 2 famili yaitu Eublepharidae dan Gekkonidae (Cicak sesungguhnya).

Dalam famili Gekkonidae sendiri sampai tahun 2006 setidaknya tercatat 29 jenis dari 9 marga yang berhasil di identifikasi. Marga cicak jari lengkung (Cyrtodactylus) adalah salah satunya.

Cicak pada dasarnya dapat dijumpai pada berbagai habitat, motif dan bentuknya beragam dari cicak rumah biasa (Hemidactylus frenatus), cicak berukuran besar seperti tokek (Gekko gecko), cicak dengan jari lengkung (mirip cakar) (Cyrtodactylus spp.) hingga cicak yang mahir terbang dari marga Phtychozoon.

Corak dan atraksi kehidupan yang luar biasa dari kelompok ini adalah potensi yang luar biasa. Khususnya bagi peminat herpetofauna. Jumlah keragaman jenis bagi cicak tentu saja dapat bertambah mengingat banyaknya temuan jenis baru oleh para peneliti atau bahkan jumlahnya berkurang karena mengalami kepunahan.

Pemanfaatan reptil, termasuk didalamnya dari keluarga cicak sebagai binatang peliharaan maupun untuk konsumsi serta obat-obatan dibeberapa negara, bahkan di Indonesia yang dikenal sebagai salah satu pengekspor reptil terbesar di dunia (Soehartono dan Mardiastuti, 2003).

Kegiatan pemanfaatan reptil yang disatu sisi memberikan keuntungan secara ekonomi, namun juga menimbulkan dampak negatif yang cukup besar.

Eksploitasi reptil yang berlebihan dan tidak terkontrol akan menimbulkan ancaman terhadap kelestarian satwa tersebut. Selain kegiatan eksploitasi, kerusakan hutan yang semakin luas juga merupakan ancaman besar terhadap kelestarian satwaliar.

Konversi lahan yang saat ini marak berkembang dikawasan hutan Meratus, berperan besar terhadap hilangnya habitat satwaliar di Kalimantan Selatan.

Sementara itu, Pegunungan Meratus yang membentang sejauh �600 km2 mencakup 3 kawasan Provinsi di Kalimantan, yaitu Provinsi Kalimantan Selatan ( Kalsel ), Tengah hingga Timur.

Letaknya secara geologis jauh dari tepi konvergensi lempeng sehingga dari sekian banyak gunung yang ada di pegunungan ini, tidak ada satupun yang termasuk kedalam gunung berapi.

Namun demikian kawasan pegunungan Meratus dengan hutan tropisnya masih banyak menyimpan keanekaragaman hayati, walau dari tahun ketahun hutanya mengalami degradasi yang sangat hebat akibat alih fungsi lahan dan kebakaran hutan.

Eksotisme alam tentunya adalah hasil kombinasi antara flora, fauna serta beragam kondisi lingkungan yang membuat lini ekosistem tersendiri. Dataran rendah meratus kaya akan berbagai jenis tumbuhan keras komersil seperti pohon ulin atau kayu besi (Eusidoxylon zwageri), beragam jenis Damar (Dipterocarpus spp.), dan berbagai jenis meranti (Shorea spp.) serta masih banyak flora potensial lainnya. Selain kaya akan flora, fauna daerah ini juga mempunyai nilai endemisitas yang cukup tinggi, berbagai jenis primata, burung hingga amphibi yang tentunya tidak ditemukan di daerah lain dapat dijumpai di pegunungan meratus.

Atraksi dan kekeyaan jenis flora di pegunungan Meratus adalah daya tarik yang luar biasa dan tidak ternilai harganya. Salah satu kekayaan yang tidak ternilai harganya adalah kemelimpahan hewan melata yang ada dikawasan tersebut. Kalimantan Selatan ini memang provinsi terkecil di Kalimantan jika dilihat dari luas wilayah, namun keanekaragamannya cukup tinggi. Data mengenai kekayaan hewan melata wilayah ini minim akses, oleh karenanya disetiap ekspedisi yang dilakukan kerap menemukan jenis atau bahkan wilayah sebaran baru bagi hewan melata maupun mamalia yang ada di Kalsel.

Pewarta: Tim/imam hanafi

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2017