Amuntai, (Antaranews.Kalsel) - Balai Penyuluh Pertanian Kecamatan Sungai Pandan Kabupaten Hulu Sungai Utara Kalimantan Selatan mengajak para petani belajar menganalisa sekaligus mencari solusi pemecahan masalah di bidang pertanian sehingga bisa menjadi bahan usulan bagi musyawarah perencanaan pembangunan.

Kepala Balai Penyuluh Pertanian Kecamatan Sungai Pandan H. Eddy Syamsiar di Amuntai, mengatakan, melalui program 'Partipatory Rural Apraisal (PRA) para petani di tiga desa Kecamatan Sungai Pandan yang selama ini menjadi sentra pertanian padi diajak urun rembug.

"Kegiatan PRA ini intinya dari dan untuk petani, mereka diajak untuk menganalisa permasalahan pertanian didesa masing-masing. Kita dari penyuluh hanya fasilitator dalam kegiatan PRA ini," ujar Eddy.

Eddy mengatakan, petani dianggap lebih mengetahui permasalahan pertanian didesa masing-masing, mereka dirangsang untuk menganalisis permasalahan yang dihadapi dan dibimbing dalam mencari solusi.

Menurutnya, wacana pemerintah untuk melakukan percetakan sawah dan optimasi lahan kurang sesuai diterapkan bagi petani di Desa Rantau Karau Hulu karena upaya untuk membuka lahan pertanian masih dihadapkan pada kendala banyaknya susupan gunung di lahan-lahan pertanian.

"Menurut petani lebih banyak biaya membuka lahan dibanding hasil panen, hendaknya masalah susupan gunung ini mendapat perhatian Dinas Pertanian untuk dibantu dalam mengatasi permasalahannya," kata Eddy.

Penyuluh pertanian lainnya, Padillah mengatakan, salah satu kendala pertanian di Kecamatan Sungai Pandan yakni masalah pengairan areal persawahan yang masih mengandalkan aliran sungai, sehingga petani hanya bisa panen satu kali dalam setahun.

"Beda dengan petani di Kawasan Polder yang sebagian sudah bisa panen padi tiga kali dalam setahun," kata Padillah.

Ia mengatakan, dalam dua tahun terakhir petani di Kecamatan Sungai Pandan selalu mengalami keterlambatan masa tanam, akibat genangan air tidak lancar dibuang ke sungai akibat pendangkalan.

Akibat lamanya genangan, lanjutnya, berdampak pula terhadap peningkatan populasi hawa tikus yang sering memakan tanaman padi milik petani.

Saat ini, katanya terdapat seluas 175 hektar lahan pertanian di Desa Rantau Karau Hulu dengan jumlah kelompok tani sebanyak tujuh kelompok. Sebagian petani belum sepenuhnya menerapkan teknologi pertanian sehingga produktivitas petani kurang dari yang diharapkan.

"Hasil rata-rata perolehan petani adalah perborong sebanyak 13 blek padi yang seharusnya bisa mencapai 18 blek per borong apabila petani benar-benar menerapkan teknik dan teknologi bertani yang benar," terangnya.

Sedangkan dari segi sarana dan prasarana di wilayah pertanian Desa Rantau Karau Hulu cukup memadai seperti jaringan irigasi, jalan usaha tani dan pondok-pondok pertemuan.

Pewarta: Eddy Abdillah

Editor : Eddy Abdillah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2017