Banjarmasin,  (Antaranews Kalsel) - Sekretaris Umum Perhimpunan Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia (KB-PII) Kalimantan Selatan Syamsuddin Hasan berpendapat, hujan yang turun pada pagi menjelang peringatan Hari Pancasila Sakti 2017 merupakan rahmat dari Allah swt.

"Hal itu menunjukan atau suatu pertanda Pancasila akan tetap eksis sebagai dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia serta mendapat ridha Allah swt," ujarnya sebelum peringatan Hari Pancasila Sakti (Hapsak) atau Hari Kesaktian Pancasila di Banjarmasin, Ahad.

"Jadi kalau ada yang mau mengganti Pancasila dengan Komunisme (paham komunis) sebagai dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tak akan mendapat rahmat dan ridha Allah swt karena bertentangan dengan ajaran Islam," lanjutnya.

Terlebih, tegasnya, komunisme sejati yang "athis" (tidak ada tuhan) atau melainkan lebih mengedepankan materi dan pikiran dalam pandangan hidup dan kehidupan orang-orang yang mengiktui paham komunis.

Sementara Pancasila, menurut alumnus kursus khatib dan mubaligh dari Dewan Da`wah Islamiyah Indonesia itu, masih ada keselarasan/korelasi dengan ajaran Islam dari sila pertama hingga lima, berbeda halnya dengan komunisme.

"Kalaupun, orang-orang pengikut paham komunis itu terlebih lebih kaya bila dibandingkan dengan kaum Muslim sejati, maka hal itu hanya sebuah `istidrat` (sesuatu yang dilanjutkan Allah swt)," lanjut laki-laki berusia 70 tahun tersebut.

"Oleh sebab itu dengan keragaman kepercayaan, budaya dan etnis, maka Pancasila sudah sesuai sebagai pemersatu bangsa Indonesia yang mejemuk sebagaimana semboyan `bhinneka tunggal ika` (berbeda-beda tapi tetap satu) dalam menjaga keutuhan NKRI," lanjutnya.

Alasan mantan Ketua Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah (Kalsel & Kalteng) itu menyebut hujan sebagai rahmat merujuk firman Allah swt yang terkandung dalam ayat suci Al Qur`an.

"Karena dalam Al Qur`an menyatakan hujan itu sebagai rahmat dan tidak pernah menyebut merupakan bala. Seperti firman Nya `aku turunkan hujan sehingga tumbuh-tumbuhan menjadi subur` itukan namanya rahmat," tuturnya.

Menurut dia, keliru atau perlu pelurusan kembali sudut pandang, kalau memandang hujan yang akan menyuburkan tanaman itu sebagai bala bencana.

"Memang kita tidak bisa menyalahkan begitu saja terhadap mereka yang memandang hujan sebagai bala bencana. Mungkin yang bersangkutan lupa dengan rahmat Allah swt sehingga bala bencana yang dia terima," demikian Syamsuddin Hasan.

Pewarta: Sukarli

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2017