Kotabaru, (Antaranews Kalsel) - Wakil Ketua DPRD Kotabaru, Kalimantan Selatan, H Mukhni AF mengatakan telah mengusulkan ke Kementerian Sosial agar membuat program bantuan atau tunjangan bagi warga lanjut usia dari keluarga kurang mampu.
"Usulan tersebut penting sebagai bentuk kepedulian pemerintah terhadap warga kurang mampu khususnya mereka yang sudah lanjut usia dan tidak lagi produktif," katanya di Kotabaru, Jumat.
Kotabaru sebagai daerah pesisir yang mayoritas warganya berprofesi sebagai nelayan yang taraf perekonominnya masih relatif kurang, jadi mengharapkan sekali adanya program bantuan tersebut dari Kemensos.
Jika melihat pada program kerja di beberapa kementerian seperti Kelautan dan Perikanan yang sudah menjalankan program bagi nelayan baik itu bedah rumah atau bantuan alat kerja, namun hal itu diperuntukkan mereka yang memang produktif.
Sementara para warga Lansia ini, lanjut dia, belum ada yang memikirkannya, dan tidak dipungkiri keberadaan mereka tidak sedikit di daerah-daerah, jadi perlu mendapat perhatian pemerintah.
Pada bagian lain, politisi Partai Golkar ini sangat tidak sependapat jika pemeritah membuat tempat penampungan bagi Lansia, yang sering disebut `panti jompo`.
Hal itu menurutnya sama saja dengan tidak memanusiakan mereka yang sebenarnya telah banyak jasanya dalam pembangunan pada masa-masa produktif dulu.
"Kita ini sebagai masyarakat timur yang agamis, tentu sangat tidak elok jika menitipkan orangtua atau keluarga kita yang sepuh itu di panti jompo," ungkap Mukhni.
Karena selain tidak pantas, tambahnya, juga akan menimbulkan masalah baru bagi mereka yang ditempatkan di penampungan tersebut, baik secara kejiwaan dan fisik.
Secara jujur, mereka masih ingin tetap eksis berkarya dan produktif, tapi karena keterbatasan fisik sehingga mengharuskan diam di rumah. Hal inilah yang perlu dukungan dari pemerintah, sehingga mereka tidak merasa menjadi keluarganya.
Oleh sebab itu, dengan membuat program bantuan bagi Lansia di daerah, maka diharapkan dapat menjadi solusi penanganan bagi beliau-beliau yang sudah sepuh itu. Hal itu jauh lebih baik dari pada harus membuat panti jompo.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2017
"Usulan tersebut penting sebagai bentuk kepedulian pemerintah terhadap warga kurang mampu khususnya mereka yang sudah lanjut usia dan tidak lagi produktif," katanya di Kotabaru, Jumat.
Kotabaru sebagai daerah pesisir yang mayoritas warganya berprofesi sebagai nelayan yang taraf perekonominnya masih relatif kurang, jadi mengharapkan sekali adanya program bantuan tersebut dari Kemensos.
Jika melihat pada program kerja di beberapa kementerian seperti Kelautan dan Perikanan yang sudah menjalankan program bagi nelayan baik itu bedah rumah atau bantuan alat kerja, namun hal itu diperuntukkan mereka yang memang produktif.
Sementara para warga Lansia ini, lanjut dia, belum ada yang memikirkannya, dan tidak dipungkiri keberadaan mereka tidak sedikit di daerah-daerah, jadi perlu mendapat perhatian pemerintah.
Pada bagian lain, politisi Partai Golkar ini sangat tidak sependapat jika pemeritah membuat tempat penampungan bagi Lansia, yang sering disebut `panti jompo`.
Hal itu menurutnya sama saja dengan tidak memanusiakan mereka yang sebenarnya telah banyak jasanya dalam pembangunan pada masa-masa produktif dulu.
"Kita ini sebagai masyarakat timur yang agamis, tentu sangat tidak elok jika menitipkan orangtua atau keluarga kita yang sepuh itu di panti jompo," ungkap Mukhni.
Karena selain tidak pantas, tambahnya, juga akan menimbulkan masalah baru bagi mereka yang ditempatkan di penampungan tersebut, baik secara kejiwaan dan fisik.
Secara jujur, mereka masih ingin tetap eksis berkarya dan produktif, tapi karena keterbatasan fisik sehingga mengharuskan diam di rumah. Hal inilah yang perlu dukungan dari pemerintah, sehingga mereka tidak merasa menjadi keluarganya.
Oleh sebab itu, dengan membuat program bantuan bagi Lansia di daerah, maka diharapkan dapat menjadi solusi penanganan bagi beliau-beliau yang sudah sepuh itu. Hal itu jauh lebih baik dari pada harus membuat panti jompo.
Editor : Ulul Maskuriah
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2017