Kotabaru, (Antaranews Kalsel) - Harga hewan kurban berupa sapi di Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan, melonjak drastis dari kisaran Rp12.500.000 menjadi kisaran Rp14.000.000-Rp17.000.000 per ekor.
"Kalau Hari Raya Idul Adha 1437 Hijriah kami masih bisa mendapatkan harga sapi kisaran Rp12.500.000 satu ekor, tetapi kali ini harga sapi melonjak drastis," kata seorang penitia kurban di Kotabaru, H Rochmad, di Kotabaru, Selasa.
Sapi seharga Rp14 juta per ekor tersebut diperkirakan memiliki berat daging sekitar 75 kilogram, tetapi untuk sapi yang harganya sampai Rp17 juta dagingnya diprediksi lebih 100 kg.
Harga tersebut, lanjut Rochmad adalah masih harga di tingkat petani atau peternak, namun akan semakin naik lagi apabila sudah ditangan pedagang atau makelar.
Meski harga sapi naik hingga beberapa persen dari tahun lalu, namun minat kaum Muslimin untuk berkorban kali ini semakin tinggi dibandingkan sebelumnya.
"Alhamdulillah, kesadaran untuk berbagai masyarakat semakin meningkat," kata seorang warga Abu Bakar.
Seperti biasanya menjelang Idhul Adha pada tahun-tahun sebelumnya, Dinas Peternakan Kotabaru, mewaspadai masuknya hewan kurban yang terjangkit penyakit menular akut dan mematikan, yakni antraks.
Antraks adalah penyakit menular akut dan sangat mematikan yang disebabkan bakteri Bacillus anthracis dalam bentuknya yang paling ganas.
Sekitar 50 persen dari sekitar 500 ekor sapi untuk hewan kurban pada 1437 Hijriah dipasok dari luar daerah, terutama Sulawesi, daerah tersebut endemis penyakit antraks.
Atas dasar itulah, Dinas Peternakan Kotabaru menyusun langkah strategi, di antaranya program Biosecurity atau rancangan praktis untuk mencegah penyebaran penyakit ke dalam farm, dengan cara melakukan menjaga fasilitas yang dapat memperkecil lalu lintas organisme biologis (virus, bakteri, hewan dan yang lainnya).
Biosecurity dengan melakukan penyemprotan desinfektan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus, juga untuk membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman penyakit lainnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2017
"Kalau Hari Raya Idul Adha 1437 Hijriah kami masih bisa mendapatkan harga sapi kisaran Rp12.500.000 satu ekor, tetapi kali ini harga sapi melonjak drastis," kata seorang penitia kurban di Kotabaru, H Rochmad, di Kotabaru, Selasa.
Sapi seharga Rp14 juta per ekor tersebut diperkirakan memiliki berat daging sekitar 75 kilogram, tetapi untuk sapi yang harganya sampai Rp17 juta dagingnya diprediksi lebih 100 kg.
Harga tersebut, lanjut Rochmad adalah masih harga di tingkat petani atau peternak, namun akan semakin naik lagi apabila sudah ditangan pedagang atau makelar.
Meski harga sapi naik hingga beberapa persen dari tahun lalu, namun minat kaum Muslimin untuk berkorban kali ini semakin tinggi dibandingkan sebelumnya.
"Alhamdulillah, kesadaran untuk berbagai masyarakat semakin meningkat," kata seorang warga Abu Bakar.
Seperti biasanya menjelang Idhul Adha pada tahun-tahun sebelumnya, Dinas Peternakan Kotabaru, mewaspadai masuknya hewan kurban yang terjangkit penyakit menular akut dan mematikan, yakni antraks.
Antraks adalah penyakit menular akut dan sangat mematikan yang disebabkan bakteri Bacillus anthracis dalam bentuknya yang paling ganas.
Sekitar 50 persen dari sekitar 500 ekor sapi untuk hewan kurban pada 1437 Hijriah dipasok dari luar daerah, terutama Sulawesi, daerah tersebut endemis penyakit antraks.
Atas dasar itulah, Dinas Peternakan Kotabaru menyusun langkah strategi, di antaranya program Biosecurity atau rancangan praktis untuk mencegah penyebaran penyakit ke dalam farm, dengan cara melakukan menjaga fasilitas yang dapat memperkecil lalu lintas organisme biologis (virus, bakteri, hewan dan yang lainnya).
Biosecurity dengan melakukan penyemprotan desinfektan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus, juga untuk membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman penyakit lainnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2017