Barabai, (AntaraNews Kalsel) - Pencipta lencana daerah  H Abdullah Sihamkari menjadi salah satu tokoh penting di Kalimantan Selatan khususnya dalam mengembangkan pramuka di daerah.


Sekarang Abdulah menetap di Kampung Melayu Kelurahan Barabai Timur Kecamatan Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah dan menderita penyakit lumpuh sejak tiga tahun sehingga harus menggunakan kursi roda.

"Karya saya berhasil mengalahkan 66 peserta dalam lomba melukis lambang lencana daerah pada 1967," tutur Abdullah.

Keberhasilannya meraih juara pertama pada lomba melukis lambang lemncana daerah dituangkan dalam Surat Keputusan Kwartir Daerah (Kwarda) Gerakan Pramuka Kalsel No.KEP.-04/DXIII/8/67 yang ditandatangani Mastur Anang tertanggal 15 Agustus 1967.

Dengan sedikit tangan bergemetar ia mengisahkan dalam sayembara itu  mewakili Kwartir Cabang Pramuka HST dengantiga buah lukisan yang bermotif Gasing, angka delapan dan bentuk perisai  setelah diseleksi akhirnya terpilih menjadi terbaik serta dipakai hingga sekarang.

"Setiap goresan dan warna pada lambang lencana itu mempunyai filosofi dan makna mendalam yang kesimpulannya adalah pendidikan dan latihan kepramukaan Kalsel dengan memupuk semangat waja sampai kaputing mengabdi kepada negara, berketerampilan dan bersahaja serta berbahagia bagi orang lain atau masyarakat yang juga bagi dirinya sendiri serta siap memegang tongkat estafet dari orang tua," katanya.

Pensiunan Kepala Sekolah di MTsN Batu Benawa tahun 1999 itu juga menjelaskan bahwa  Ia menciptakan lencana itu sewaktu masih menjabat sebagai Kepala Sekolah di MTSN Barabai tahun 1967 yang kebetulan juga sebagai Pengurus Kwarcab Pramuka HST Andalan Urusan Seni dan Budaya.

"Sampai saat ini tidak pernah ada sedikitpun Pemerintah Daerah maupun Pemerintah Provinsi Kalsel memberikan penghargaan namun justru pernah ada pemberian The Achievment Award dari Kwarcab Pramuka HSU tahun 2013 yang lalu namun kita tidak pernah berharap itu yang penting menurut saya terus berkarya untuk Banua dan memberikan yang terbaik," katanya.

Mantan Aktivis HMI dan Ketua Himpunan Pandu dan Pramuka Wreda (Hipprada) Kalsel tahun 80an ini juga sudah ditinggalkan oleh istrinya Galuh Halimah sejak 11 tahun yang lalu yang sekarang mempunyai dua orang anak laki-laki dan tiga orang anak perempuan yang semuanya sudah berkeluarga dan mempunyai 11 cucu.

"Walaupun kondisi saya sudah seperti ini namun saya tetap menyimak perkembangan Pramuka sekarang yang semangatnya sudah berkurang terlebih pada kepengrusan Pramuka yang sudah dilibatkan ke arah kepentingan politik sangat berbeda saat kita berjuang bagaimana mengembangkan pramuka ini benar-benar untuk melatih kecakapan diri, pendidikan dan keterampilan," katanya.

Saat ulang Tahun ke-78 yang lahir pada 15 Agustus 1939 Dia berharap dalam momentum hari Pramuka dan HUT RI ke-72 ini agar para pemuda dan anak-anak Pramuka menghargai jasa-jasa para pahalawan dan terus belajar kreatif serta berkarya guna mengharumkan nama baik Daerah.

Salah satu anak beliau Fitrahil Wati Lanupisa juga menyampaikan berbagai perawatan dari Dokter hingga di urut sudah dilakukan untuk mengobati kelumpuhan beliau namun belum bisa sembuh yang kemungkinan juga penyakit yang memang umur sudah tua namun secara fisik tubuh beliau tidak punya penyakit apa-apa masih sehat dan semangat hidup yang luar biasa.

"Saat masih aktif mengajar pernah ditabrak mobil hingga kaki beliau cidera dan hanya ditangani dengan pengobatan tradisonal dan tidak di bawa ke dokter  sehingga di usia tua dampak cidera itu kembali menyerang beliau hingga menyebabkan kelumpuhan," kata Fitrahil.

Pewarta: Muhammad Taufik Rahman

Editor : Hasan Zainuddin


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2017