Kotabaru (Antaranews Kalsel) - Tim Search and Rescue (SAR) gabungan memberhentikan pencarian operator speedboat Iskandar (43) yang hilang sejak awal Agustus 2017 di perairan Tanjung Pemancingan Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan.


"Pada hari kelima operasi kita hentikan sesuai kesepakatan dengan pihak keluarga," kata Koordinator Pos SAR Kotabaru Teguh Prasetyo, Rabu.

Dijelaskan, sesuai standar operasi prosedur, operasi SAR dilaksanakan selama tujuh hari. Akan tetapi itu tergantung lagi pada skala kejadian dan hasil evaluasi terhadap pencarian yang telah dilakukan.

"Kami berkoordinasi dengan Lanal dan Satpolair serta pihak keluarga untuk memberikan gambaran. Agak sedikit susah karena tidak ada saksi mata hilangnya korban," imbuhnya.

Tidak adanya saksi mata membuat titik hilangnya korban sulit dipastikan. Padahal ini kunci penting untuk menentukan arah pencarian. Yang ditemukan hanya speedboat kosong, itupun penemuannya sangat jauh dari titik awal keberangkatan korban.

"Kita kan menggunakan hitungan untuk ploting area pencarian, berdasarkan titik koordinat hilangnya korban kita hitung arah angin, arus, dan sebagainya," jelas Teguh.

Selama lima hari pencarian dilakukan berpatokan dengan arah angin yang bertiup ke tenggara hingga barat laut atau mengarah ke daratan Pulau Kalimantan. Tim SAR gabungan telah melakukan upaya pencarian secara maksimal, bahkan jauh melewati wilayah yang diperhitungkan.

"Tetapi informasi yang kami terima sangat minim, bahkan tidak ada feedback sama sekali," sambungnya.

Meski pencarian sudah dihentikan, Pos SAR Kotabaru tetap melakukan pemantauan. Pencarian bisa saja dilakukan kembali jika ada tanda-tanda yang mengarah pada keberadaan korban.

Sekarang sifatnya hanya pemantauan dengan mengontak nelayan yang kemarin kita singgahi saat pencarian apakah ada tanda menemukan, ternyata sampai hari ini masih nihil.

Penghentian operasi SAR terhadap Iskandar diterima dengan baik oleh keluarga korban. Istri korban, Melan Sary, mengaku pihaknya juga tak lagi melakukan pencarian secara swadaya., namun tetap menempuh cara-cara alternatif.

"Kami menunggu saja, berserah dan bertawakal, setiap malam kami menggelar pengajian supaya beliau diberi kekuatan. Mudah-mudahan Tuhan memberi jalan," harapnya. 

Pewarta: Imam Hanafi

Editor : Hasan Zainuddin


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2017