Amuntai, (Antaranews.Kalsel) -Para santri di Pondok Pesantern Rasyidiyah Khalidiyah Kabupaten Hulu Sungai Utara mendapatkan penyuluhan mengenai pendewasan usia pernikahan dan kesehatan reproduksi dari BKKBN Kalimantan Selatan.


Kepala bidang KBKR Perwakilan BKKBN Kalsel Muhammad Ramlan di Amuntai, Selasa mengatakan, angka pernikahan dini di Kalsel masih tertinggi di Indonesia sehingga berimbas pada masih tingginya angka perceraian.

"Apa yang terjadi pada kaum remaja ini tentu sangat berdampak bagi bangsa dan negara karena jumlah mereka merupakan seperempat dari jumlah penduduk Indonesia," ujar Ramlan.

Ramlan mengatakan, berdasarkan sensus 2014 jumlah kaum remaja di Indonesia sebanyak 64 juta jiwa atau sebesar 25 persen dari 236 juta jiwa penduduk Indonesia.

Ia mengatakan. pengetahuan, pandangan, sikap dan keputusan kaum remaja turut berdampak tidak hanya bagi kelompok remaja melainkan bagi penduduk Indonesia.

Jumlah penduduk remaja yang besar ini, katanya, menjadi tantangan bagi pemerintah untuk membawa mereka melewati masa transisi, memberikan pendidikan, pekerjaan dan persiapan memasuki masa perkawinan atau berumah tangga.

Kepala BPPKB HSU Anisah Rasyidah mengatakan remaja yang memasuki masa pernikahan belum siap secara mental, fisik dan ekonomi sehingga rawan mengakibatkan perceraian di usia muda.

Membuka Sosialisasi Pemantapan peran mitra kerja dalam promosi dan konseling kesehatan produksi di Madrasyah Aliyah NIPA Rakha Amuntai, Anisah mengajak para remaja untuk menunda usia pernikahan agar masa depan mereka lebih cerah.

Kepala Ponpes Madrasyah Aliyah NIPA Rakha Amuntai, Alfian Noor mengatakan penyuluhan kesehatan produksi sangat penting guna mencegah generasi muda dari perbuatan tercela selain pengetahuan yang diperoleh juga bermanfaat bagi masa depan mereka dalam berumah tangga.

Pewarta: Eddy Abdillah

Editor : Eddy Abdillah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2017