Banjarmasin, (Antaranews Kalsel) - Sebanyak ratusan rakit bambu atau "bamboo rafting" menyemarakan objek wisata Loksado, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan, dalam suasana liburan panjang Idul Fitri 1438 Hijriah.

Kepala Bidang Tujuan Wisata dan Ekonomi Kreatif Dinas Pariwisata Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) Budi Wahono mengemukakan itu atas pertanyaan Antara Kalimantan Selatan (Kalsel) di Banjarmasin, Minggu.

"Sejak H+1 hingga H+7 lebaran Idul Fitri 1438 H lebih 300 buah rakit bambu turut menyemarakan objek wisata Loksado kawasan Pegunungan Meratus," ujarnya di Kandangan (135 kilometer utara Banjarmasin), ibukota HSS lewat telepon selular (hp).

"Dengan rakit bambu tersebut pengunjung objek wisata Loksado mengarungi Sungai Amandit HSS dari hulu ke hilir selama sekitar 2,5 jam hingga batas Tugu Niih," tuturnya didampingi kasinya Suedi.

Ia menerangkan, tiap rakit bambu berisikan tiga sampai empat orang (termasuk joki/pemandu) atau tergantung besar-kecilnya mereka mau mengarungi Sungai Amandit tersebut, dengan biaya cuma sekitar Rp300.000/buah.

"Alhamdulillah selama liburan lebaran Idul Fitri tahun ini tidak peristiwa kecelakaan menimpa mereka yang mengikuti bamboo refting (naik rakit bambu)," lanjut laki-laki kelahiran perkawinan antara Suku Banjar Kalsel dengan keturunan Jawa tersebut.

Ia menambahkan, peserta bamboo refting atau yang naik rakit bambu mengarungi Sungai Amandit pada lebaran Idul Fitri tahun ini lebih banyak dari tahun lalu.

Namun dia tidak menyebutkan peningkatan penggunaan rakit bambu tersebut dengan alasan lupa, kecuali mengatakan peningkatan itu kemungkinan ada kaitan dengan masa liburan yang panjang dibandingkan lebaran tahun sebelumnya.

"Pemerintah Kabupaten (Pemkab) HSS merencanakan festival bamboo refting September mendatang, sesuai kalender wisata," demikian Budi Wahono.

Tuguh Niih, sebuah monomen bersejarah di pedalaman Meratus, karena di tempat itu dibacakan Proklamasi Gubernur Tentara ALRI Divisi IV Pertahanan Kalimantan pada 17 Mei 1949 oleh Brigjen TNI H Hasan Basry almarhum.

Proklamasi 17 Mei 1949 yang dibacakan "bapak gerilia" Kalimantan dan mendapat gelar Pahlawan Nasional itu sebagai tanda kesetiaan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang diproklamasikan 17 Agustus 1945.

Pewarta: Syamsuddin Hasan

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2017