Banjarmasin (Antaranews Kalsel) - Ketua Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Provinsi Kalimantan Selatan H Hesly Junianto mengungkapkan keperihatinan atas keluh kesah warga tunanetra yang merasa masih terpinggirkan di masyarakat.
Hesly mengungkapkan itu setelah pihaknya melakukan buka puasa bersama dengan warga tunanetra Banjarmasin dan Banjarbaru di salah satu rumah kontrakan warga tunanetra di Jalan Kuin Selatan, Gang Puskesmas Kuin Raya, Kelurahan Kuin Cerucuk, di Banjarmasin Selatan, Selasa.
"Para saudara kita warga tunanetra ini menyampaikan keluh kesah masih tinggal di rumah kontrakan, hampir semua belum memiliki rumah yang layak milik sendiri," ujarnya.
"Kan banyak pemilik perumahan atau kontrakan yang ragu memberikan tempat tinggal kepada saudara-saudara kita yang memiliki kekurangan fisik ini, utamanya kalau di tengah-tengah pemukiman masyarakat itu dianggap mereka bisa lalai hingga menyebabkan kebakaran misal diantaranya," paparnya.
Hal semacam ini, kata Hesly, membuat kaum tunanetra merasa diucilkan, padahal mereka tidak demikian, karena sudah mendapat pendidikan kewaspadaan segala hal itu dengan mata batin mereka.
"Jadi kita harap ada langkah pemerintah daerah memberikan perhatian atas persoalan mereka ini, termasuk juga pihak pengembang perumahan, beri mereka kepercayaan untuk memiliki rumah yang layak," pintanya.
Sementara itu, Ketua Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) Wilayah Kota Banjarmasin Arsyadi mengatakan, keinginan pihaknya yang terkelompok sekitar 30 orang untuk memiliki rumah layak ini sangat besar, sebab mereka kini memiliki keluarga masing-masing layaknya orang yang normal.
"Paling tidak para pengembang perumahan memberikan kepercayaan kepada kami ambil kridit rumah, Insya Allah kami mampu membayarnya setiap bulan," tegasnya.
Dia menyangkal, kalau warga tunanetra akan membawa malapetaka misalnya penyebab kebakaran pemukiman, sebab selama ini tidak pernah terdengar kasusnya semacam itu.
"Sama sekali tidak pernah ada orang tunanetra yang menyebabkan kebakaran, kami sangat waspada terhadap bencana itu, jadi tidak perlu kwatir berlebihan," paparnya.
Termasuk pembayaraan kredit, kata dia, pihaknya masing-masing kini juga sudah memiliki profisi pekerjaan yang mencukupi, diantaranya sebagai tukan pijat.
Dia mengakui, untuk profisi pekerjaan, pihaknya cukup mendapat perhatian pemerintah daerah, namun untuk tempat tinggal bagi ksejahteraan keluarga mereka masih sangat minim didapatkan.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2017
Hesly mengungkapkan itu setelah pihaknya melakukan buka puasa bersama dengan warga tunanetra Banjarmasin dan Banjarbaru di salah satu rumah kontrakan warga tunanetra di Jalan Kuin Selatan, Gang Puskesmas Kuin Raya, Kelurahan Kuin Cerucuk, di Banjarmasin Selatan, Selasa.
"Para saudara kita warga tunanetra ini menyampaikan keluh kesah masih tinggal di rumah kontrakan, hampir semua belum memiliki rumah yang layak milik sendiri," ujarnya.
"Kan banyak pemilik perumahan atau kontrakan yang ragu memberikan tempat tinggal kepada saudara-saudara kita yang memiliki kekurangan fisik ini, utamanya kalau di tengah-tengah pemukiman masyarakat itu dianggap mereka bisa lalai hingga menyebabkan kebakaran misal diantaranya," paparnya.
Hal semacam ini, kata Hesly, membuat kaum tunanetra merasa diucilkan, padahal mereka tidak demikian, karena sudah mendapat pendidikan kewaspadaan segala hal itu dengan mata batin mereka.
"Jadi kita harap ada langkah pemerintah daerah memberikan perhatian atas persoalan mereka ini, termasuk juga pihak pengembang perumahan, beri mereka kepercayaan untuk memiliki rumah yang layak," pintanya.
Sementara itu, Ketua Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) Wilayah Kota Banjarmasin Arsyadi mengatakan, keinginan pihaknya yang terkelompok sekitar 30 orang untuk memiliki rumah layak ini sangat besar, sebab mereka kini memiliki keluarga masing-masing layaknya orang yang normal.
"Paling tidak para pengembang perumahan memberikan kepercayaan kepada kami ambil kridit rumah, Insya Allah kami mampu membayarnya setiap bulan," tegasnya.
Dia menyangkal, kalau warga tunanetra akan membawa malapetaka misalnya penyebab kebakaran pemukiman, sebab selama ini tidak pernah terdengar kasusnya semacam itu.
"Sama sekali tidak pernah ada orang tunanetra yang menyebabkan kebakaran, kami sangat waspada terhadap bencana itu, jadi tidak perlu kwatir berlebihan," paparnya.
Termasuk pembayaraan kredit, kata dia, pihaknya masing-masing kini juga sudah memiliki profisi pekerjaan yang mencukupi, diantaranya sebagai tukan pijat.
Dia mengakui, untuk profisi pekerjaan, pihaknya cukup mendapat perhatian pemerintah daerah, namun untuk tempat tinggal bagi ksejahteraan keluarga mereka masih sangat minim didapatkan.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2017