Kotabaru (Antaranews Kalsel) - Sebagian petani di Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan, akhir-akhir ini mulai mengembangkan tanaman jahe (Zingiber officinale), di sela-sela tanaman perkebunan kelapa sawit.

"Tanaman jahe tidak memerlukan lahan luas, seperti tanaman palawija yang lainnya, dan cukup memanfaatkan tempat yang kosong disela-sela tanaman kelapa sawit," kata Kepala Desa Pembelacanan, Kecamatan Kelumpang Selatan, Wardi, di Kotabaru, Rabu.

Biasanya, lanjut Wardi, tanaman jahe dikembangkan warga di pot-pot atau karung-bekas dan di tempatkan di bawah pohon atau teras rumah.

Dengan memanfaatkan tempat kosong sela-sela tanaman kelapa sawit, tanaman jahe bisa mendapatkan sinar matahari jauh lebih baik dari pada apabila di tempatkan di teras rumah atau pot.

Menurut petani yang lain, dengan menanam jahe di sela-sela tanaman kelapa sawit dapat menghemat pupuk dan biaya perawatan.

"Karena pupuknya bisa menumpang pupuk untuk tanaman kelapa sawit, begitu pula dengan pembasmian gulma dan rumput dilakukan setiap tiga bulan sekali saat penyemprotan untuk tanaman kelapa sawit," tambah Abu Bakar yang juga petani.

Petani mengaku, tanaman jahe di sela-sela tanaman kelapa sawit bisa dipanen ketika berumur antara delapan sampai sembilan bulan.

Saat dipanen tanaman jahe bisa menghasilkan umbi jahe bervariasi kisaran 0,5 kg - 2 kg setiap rumpunnya.

Namun sayang harga jahe masih bervariasi, antara Rp5.000 per kilogram, dan harga tersebut belum membuat petani masih belum puas untuk mengembangkan tanaman jahe.

Jahe (Zingiber officinale), adalah tanaman rimpang yang sangat populer sebagai rempah-rempah dan bahan obat. Rimpangnya berbentuk jemari yang menggembung di ruas-ruas tengah. Rasa dominan pedas disebabkan senyawa keton bernama zingeron.

Jahe termasuk suku Zingiberaceae (temu-temuan). Nama ilmiah jahe diberikan oleh William Roxburgh dari kata Yunani zingiberi, dari Bahasa Sanskerta, singaberi.

Pewarta: Imam Hanafi

Editor : Hasan Zainuddin


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2017